Menurut hemat saya sejak Januari 2019 hingga sekarang, paling tidak ada dua perubahan penting yang dilakukan tim kreatif Kompasiana yang sangat perlu diperhatikan Kompasianer.Â
Di satu sisi perubahan itu ada yang membuat adrenalin penulis semakin terpacu untuk terus melaju di sirkuit formula one tetapi di sisi lain ada juga yang malah enggan untuk melakukan start karena takut tidak mampu menarik perhatian viewer.
Apa sajakah kedua perubahan tersebut, berikut ulasannya.Â
Yang pertama adalah adanya fasilitas baru autosave yang sangat membantu penulis khususnya bagi Kompasianer yang suka menulis secara online melalui hanphone.Â
Dengan adanya layanan ini penulis tidak perlu lagi kuatir kehilangan tulisan yang sedang dalam proses penulisan dan belum sempat diunggah apabila terjadi kesalahan menekan keyboard dan sebagainya. Layanan autosave secara otomatis akan mengamankan data tulisan sehingga diharapkan tidak ada lagi tulisan yang hilang percuma.
Berdasarkan pengalaman penulis, paling tidak ada 3 tulisan yang sudah siap tayang tetapi karena adanya sedikit kesalahan teknis akhirnya ketiga artikel yang mengulas tentang "Valentine Days", "Memanusiakan Perawat Dengan Upah Yang Layak" dan "Masalah Pembagian Pajak Air Permukaan Danau Toba" akhirnya tidak pernah tayang hingga detik ini.
Yang kedua adalah adanya perubahan yang sangat revolusioner dalam jumlah viewer. Hal inilah yang saya sebut disatu sisi dapat memacu adrenalin Kompasianer untuk terus menulis tetapi disisi lain juga dapat menciutkan nyali sehingga untuk untuk memulai pun rasanya tidak kuku.
Mengapa saya sebut demikian?
Pada tahun sebelumnya artikel teratas yang masuk ke dalam kategori "terpopuler" dalam tempo 12 jam hanya dilihat paling banyak 500-600 kali. Tetapi sejak tahun 2019 tulisan yang masuk dalam kelompok ini dapat dilihat hingga 2.500 kali lebih hanya dalam waktu tayang 12 jam.
Demikian juga dengan artikel yang masuk dalam kategori "Trend Pekan Ini". Yang dulunya yang hanya dilihat rata-rata 4000 kali tetapi sekarang ada yang sudah dilihat hingga 19.000 kali tetapi belum juga "turun layar".
Tentu saja Kompasianer yang tulisannya masuk dalam kategori ini secara otomatis semangatnya akan terbakar untuk terus menulis. Tetapi bagaimana dengan penulis yang yang tulisannya tidak masuk kedalam salah satu kategori di atas?
Inilah yang saya sebutkan sebagai sisi gelap yang sangat menyedihkan. Jika sebelumnya sebuah artikel yang tidak masuk dalam kategori apapun, setidaknya dapat meraup ratusan viewer dalam waktu 12 jam lebih pasca tayang. Tetapi sekarang mendapatkan viewer itu terasa sangat berat, bahkan ada artikel yang sudah berhari-hari tayang hanya dilihat puluhan kali.
Kategori highlight atau headline juga tidak menjadi jaminan bagi sebuah artikel akan mendapatkan banyak viewer. Artinya artikel-artikel yang berkualitas pun tidak menjadi jaminan dapat meraup banyak pembaca.
Entah bagaimana tim kreatif Kompasiana menjelaskan fenomena tersebut tetapi yang jelas seorang penulis akan lebih semangat untuk menulis jika tulisannya dibaca oleh pembaca sebanyak-banyaknya.
(RS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H