Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Pasangan Manakah yang Memenangkan Debat Perdana Tadi malam?

18 Januari 2019   18:01 Diperbarui: 17 Februari 2019   20:08 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika pertanyaan di atas ditanyakan kepada nitizen yang "maha benar" dengan segala pendapatnya maka akan timbul perdebatan yang jauh lebih sengit dari debat capres itu sendiri. Hal itu disebabkan karena nitizen melihat debat tersebut dengan kacamata subjektif dan bukan dengan "akal sehat" yang jernih.

Dan ingat...!

Jika Anda sudah terlanjur mencintai seseorang atau sekelompok orang dengan "terlalu", maka apa saja yang dikatakan atau yang dilakukannya akan "selalu benar". Yang salah akan menjadi benar dan yang benar akan menjadi "super benar".

Demikian juga sebaliknya, ketika Anda sudah terlanjur membenci seseorang atau sekelompok orang dengan "terlalu", maka apa saja yang dikatakan atau dilakukannya akan "selalu salah". Yang benar menjadi salah sedangkan yang salah akan menjadi "super salah".

Itulah mengapa perdebatan antara Nitizen dari dua kubu yang berbeda di media sosial yang awalnya dimulai dengan adem-ayem, selalu diakhiri dengan saling mencaci-maki dan saling hujat-mengujat dengan segala argumen "konyolnya". Tak lain tak bukan karena perdebatan mereka didasarkan pada "akal tak sehat" atau dengan emosi yang "tak terkendali".

Setelah debat capres selesai tadi malam, seorang teman Facebook saya yang tidak saya sebutkan namanya, menulis status di lini masanya bahwa pada debat perdana kali ini Jokowi-Ma'aruf menang mutlak terhadap pasangan Prabowo-Sandi dengan skor 12-0.

Sementara teman Facebook saya yang lain menyebutkan bahwa debat kali ini dimenangkan oleh Prabowo-Sandi dengan skor telak tetapi tidak terlalu telak, 5-0.

Demikian juga teman-teman Facebook lainnya memberikan kemenangan kepada pasangan capres-cawapres yang didukungnya dengan skor yang berbeda-beda pula sesuai dengan tingkat kesukaannya terhadap kandidat yang didukungnya atau kebenciannya terhadap kandidat lainnya.

Mengapa hal demikian bisa terjadi? Sekali lagi jawabannya adalah karena mereka melihat atau menilai debat tersebut secara subjektif dan bukan dengan akal sehat yang jernih.

Itulah mengapa saya bisa memaklumi ketika melihat teman memberikan penilaian atau skor terhadap debat perdana tadi malam. Saya menjadi tahu, dari pendukung capres-cawapres mana dia berasal, sedalam apa cintanya terhadap kandidat yang didukungnya dan sejauh mana pula dia membenci kandidat sebelahnya.

Misalnya ketika teman Anda memberikan skor telak 12-0 untuk kemenangan Jokowi-Ma'aruf maka teman Anda tersebut jelas merupakan pendukung kandidat nomor urut 01. Tetapi sayangnya teman Anda tersebut tidak terlalu mencintai Jokowi-Ma'aruf karena teman Anda itu termasuk ke golongan "pecinta buta".

Yaitu sepenuhnya hanya melihat kelebihan penampilan Jokowi-Ma'aruf saja tanpa memperhatikan kelemahan-kelemahan kandidatnya yang perlu dievaluasi pada debat selanjutnya. Dan juga melihat kandidat lain tidak ada kelebihannya sama sekali dengan memberikan angka "0".

Dan jika Anda merupakan pendukung Prabowo-Sandi, menilai bahwa kandidat nomor urut 02 menang telak dengan skor 5-0, dan menuduh capres 01 melihat "contekan" saat debat, karena disinyalir mendapatkan bocoran kisi-kisi debat dari KPU maka Anda adalah "pecinta hoaks" dengan segala pikiran negatifnya.

Demikian juga jika Anda terlalu mempermasalahkan cawapres nomor urut 01 yang kurang aktif dalam memberikan pernyataan atau menanggapi pernyataan dari kandidat 02, maka saya katakan Anda salah karena itu adalah bagian dari sebuah strategi di debat perdana dan perlu diwaspadai pada debat selanjutnya.

Dan beberapa hal yang sangat perlu diketahui dalam acara debat, baik dalam debat pilkada maupun pilpres adalah:

Pertama, pemenang debat itu sebenarnya tidak pernah ada. Selalu semu dan relatif. Pemenang selalu bergantung menurut pendapat atau pandangan pendukung atau pengamat yang menilai secara subjektif. Dan jika ada pengamat yang objektif dan netral, mereka akan ditentang jika tidak sependapat dan akan diiyakan jika sepaham.

Kedua, debat sebenarnya bukan untuk mencari pemenang tetapi sebagai kesempatan untuk pemaparan visi-misi atau program kepada audiens atau masyarakat. Sejauh mana visi-misi itu berguna bagi kemajuan bangsa dan negara dan sejauh mana pula kira-kira visi-misi itu bisa diwujudkan atau hanya omong doang?

Ketiga, menang debat (jika memang dianggap menang) bukan berarti akan menjadi pemenang dalam Pilpres atau Pilkada. Mengapa? Karena debat hanya bagian dari kampanye saja dan bukan bagian yang paling menentukan.

Debat berarti berusaha untuk memenangkan atau meyakinkan hati pemilih yang sebelumnya memang sudah menentukan pilihannya. Hanya sedikit kemungkinan debat dapat mempengaruhi pemilih untuk mengubah pilihannya.

Keempat, berdebat itu hanya berbicara dan jauh lebih mudah dari berbuat. Omongan dan tindakan harus sinkron, jika tidak hal tersebut bisa menjadi bumerang. Pandai berkata-kata tanpa berbuat adalah"tong kosong" yang berbunyi nyaring. Satu kata "kasihan" adalah kata yang sangat tepat untuk menggambarkan kandidat yang pandai berbicara tetapi tidak cakap dalam bekerja.

Kelima, jika Anda menyaksikan debat tolong gunakan akal sehat. Jangan emosi dan usahakan setenang mungkin. Jangan fokus mencari kesalahan kandidat lawan tetapi selalu dengan jujur melihat kelemahan kandidat yang Anda dukung sebagai bahan evaluasi untuk debat selanjutnya.

Salam damai untuk kampanye damai dan Pilpres damai untuk Indonesia raya yang lebih damai dan sejahtera.

(RS)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun