Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Haruskah Indonesia Punah Jika Prabowo Kalah?

19 Desember 2018   21:04 Diperbarui: 19 Desember 2018   22:01 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokumentasi : tribunnews.com)

"... Sudah terlalu lama elite yang berkuasa puluhan tahun, sudah terlalu lama mereka memberi arah keliru. Sistem yang salah. Dan saya katakan, bahwa sistem ini kalau diteruskan akan mengakibatkan Indonesia lemah. Indonesia semakin miskin, dan semakin tidak berdaya bahkan bisa punah..." (Pidato Prabowo Subianto, Nasional Tempo.co)

Setelah sebelumnya dalam video berdurasi 1 menit 13 detik Prabowo Subianto mengatakan bahwa "Indonesia tidak ada lagi tahun 2030 karena sudah bubar", seperti cuplikan berikut ini:

Saudara-saudara, kita masih upacara, kita masih menyanyikan lagu kebangsaan, kita masih pakai lambang-lambang negara, gambar-gambar pendiri bangsa masih ada di sini. Tetapi di negara lain, mereka sudah bikin kajian-kajian di mana Republik Indonesia sudah dinyatakan tidak ada lagi tahun 2030. Bung, mereka ramalkan kita ini bubar!"

Kini capres 02 Prabowo Subianto dalam pidatonya saat Konferensi Nasional Partai Gerindra di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, Senin, 17 Desember 2018, kembali mengatakan ancaman yang lebih serius:

"... Karena itu kita tidak bisa kalah. Kita tidak boleh kalah. Kalau kita kalah, negara ini bisa punah. Karena elite Indonesia selalu mengecewakan, selalu gagal menjalankan amanah dari rakyat Indonesia..."

"Semalang" itukah nasib Indonesia jika Prabowo Subianto kalah untuk "terakhir kalinya" dalam upaya perburuan RI-1? Itukah alasannya sehingga Prabowo ngotot harus menang dengan "alibi" agar "Indonesia tidak punah"? Sesadis itukah pilihan diksinya?

Hahahaha...

Mungkin Prabowo sudah lelah dan "putus asa". Terhitung inilah untuk ke-4 kalinya beliau berupaya menjadi orang nomor satu di Indonesia sejak 14 tahun lalu. Pada Pemilu Presiden 2004, Prabowo maju dalam konvensi calon presiden yang dilakukan Partai Golkar tetapi sayang beliau kalah dalam konvensi yang ketika itu dimenangkan oleh Wiranto.

Dalam kesempatan terakhirnya kali ini Prabowo harus mengerahkan semua kemampuan dan kekuatannya, termasuk dengan "menakut-nakuti" bahkan dengan menebar "ancaman" kepada masyarakat yang mungkin dinilainya masih "bodoh".

Seorang politisi termasuk calon presiden sah-sah saja beretorika. Tetapi beretorika tidak pula harus "keterlaluan". Artinya tidak boleh terlalu muluk-muluk, terlalu bombastis atau terlalu menakut-nakuti karena hal tersebut bukannya membuat audiens teryakinkan, tetapi justru akan terdengar"konyol" dan menjadi lebih mirip lelucon di telinga masyarakat yang cerdas.

Coba simak kembali isi pidato ini dengan saksama:

"... Sudah terlalu lama elite yang berkuasa puluhan tahun, sudah terlalu lama mereka memberi arah keliru. Sistem yang salah. Dan saya katakan, bahwa sistem ini kalau diteruskan akan mengakibatkan Indonesia lemah. Indonesia semakin miskin, dan semakin tidak berdaya bahkan bisa punah..."

Sebenarnya Prabowo ingin menunjuk kepada elit yang mana? Elit mana yang telah berkuasa puluhan tahun di negeri ini?

Jokowi menjabat masih belum penuh 5 tahun, masih 4 tahun 2 bulan (20 Oktober 2014-20 Oktober 2019), SBY pas 10 tahun (20 Oktober 2004-20 Oktober 2014), Megawati Soekarnoputri 3 tahun 3 bulan (23 Juli 2001-20 Oktober 2004), Abdurrahman Wahid 1 tahun 9 bulan (20 Oktober 1998-23 Juli 2001) dan BJ Habibie 1 tahun 5 bulan (21 Mei 1998-20 Oktober 1999)

Sementara dua presiden terlama sebelumnya yaitu Presiden Soeharto selama 31 tahun 2 bulan (12 Maret 1967-21 Mei 1998) dan Presiden pertama Indonesia Soekarno selama 21 tahun 7 bulan (18 Agustus 19945-12 Maret 1967).

Jadi sekali lagi, elit yang mana sebenarnya yang dimaksudkan Prabowo yang "sudah terlalu lama berkuasa selama puluhan tahun, yang telah memberi arah keliru dan sistem yang salah dalam negeri ini". Apakah Presiden pertama Indonesia, Soekarno; atau mantan mertuanya, Soeharto; atau teman koalisinya, SBY?

Saya pikir hal tersebut perlu diklarifikasi karena hanya beliau bertigalah presiden Indonesia terlama yang berkuasa 10 tahun lebih. Sedangkan Jokowi dalam masa jabatannya yang belum mencapai 5 tahun telah memberikan perubahan yang signifikan terhadap arah baru bangsa ini.

Seharusnya yang lebih elegan menanggapi pidato Prabowo tentang "Indonesia Punah" adalah pihak keluarga Soekarno atau pihak keluarga Soeharto atau pihak keluarga SBY. Karena beliau bertigalah Presiden Indonesia yang menjabat 10 tahun lebih sedangkan Jokowi belum dan tidak termasuk dalam elit yang dimaksudkan dalam pidato ini.

Sekedar mengingatkan, "punah" itu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah: habis semua hingga tidak ada sisanya; benar-benar binasa; hilang lenyap; musnah.

Mengerikan bukan?

Jadi jika ada yang mengatakan bahwa Indonesia akan punah jika Prabowo tidak menang maka yakinlah, itu hanya retorika putus asa atau lelucon konyol. Karena Indonesia bukan binatang purba seperti Dinosaurus, tyrex, Brontosaurus, dsb.

(RS/dari berbagai sumber)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun