Orang-orang arogan itu selamanya akan ada disekeliling kita. Di dunia nyata seperti di tempat kerja maupun di dunia maya di media sosial, mereka selamanya akan eksis. Mereka akan berusaha menguras energi kita dengan cara memancing emosi kita, menghisapnya lalu menjadikannya sebagai energi baru bagi dirinya untuk menyerang siapa saja yang bisa di telannya. Bagaimana sebaiknya kita menghadapinya?
Kira-kira seminggu lalu saya membagikan: "(Cerita Natal) Cara Tuhan dan Pikiran Manusia" di beberapa grup Kristen yang saya ikuti di Facebook. Diluar dugaan cerita tersebut mendapatkan sambutan yang sangat luar biasa dari pembaca dengan total respon: di-like sekitar 6.500 kali lebih, dikomentari lebih dari 2.000 kali dan di-share lebih dari 11.000 kali.
Tentu saja sebagai penulis, saya merasa senang dengan respon warganet tersebut. Beragam komentar dari pembaca mulai dari merasa terberkati, dikuatkan, terharu atau ada yang hanya sekedar mengetik kata "amin" sebagai bentuk penutup ucapan doa agar apa yang diminta dikabulkan Tuhan Yang Maha KuasaÂ
Sebenarnya saya tak melulu hanya mengharapkan komentar-komentar yang baik-baik saja dari mereka. Sebagai penulis, saya juga perlu masukan dari segi teknis penulisan maupun materinya. Saya pikir hal itu merupakan suntikan vitamin bagi seorang penulis agar lebih produktif secara kuantitas maupun kualitas.
Tetapi diantara ribuan respon di kolom komentar, ada seorang yang berkata: "ceritanya tidak jelas," katanya seakan-akan meminta pencerahan. Kemudian dengan kalem saya membalas: "terimakasih saudara, coba di klik dulu tautannya dan baca dari awal sampai habis, semoga terberkati", jawabku dengan harapan dia akan melakukannya.
"Saya sudah beberapa kali membaca dari awal sampai habis tetapi makna ceritanya tidak ada," balasnya.
Saya pikir mungkin dia hanya membaca caption-nya maka saya meng-copy isi tulisan secara utuh lalu mem-paste di kolom balasan sambil menunggu bahwa dia akan mengatakan: "Oh, begitu..."
Dengan nada mengejek diaberkata: "saya sudah membaca semua tulisan mu itu dan bagi saya tidak ada gunanya tulisan kosongmu itu. Seperti ini tulisan yang bagus," katanya sambil menuliskan kata-kata yang menurut saya hanya menunjukkan rasa superioritasnya.
Oh... tiba-tiba saya tersadar. "Orang ini sebenarnya adalah orang arogan yang sedang mencari lawan untuk berkelahi," pikirku. "Maaf, aku tidak mau energiku terkuras hanya untuk melayanimu," pikirku sambil membuka halaman profil Facebooknya lalu memblokirnya.
Apakah saya terlalu sensi dan terkesan anti kritik? Terserahlah. Tetapi menurut saya, orang-orang yang tidak mau diajak berdiskusi dan cenderung hanya menganggap dirinya atau pendapatnya saja yang paling benar, maka lebih baik orang seperti itu dihindari dan sama sekali tidak perlu dilayani. Karena memang ada orang yang hobinya seperti itu.
Itu hanyalah contoh kecil saja dari banyak kasus. Di dunia nyata orang-orang arogan itu jauh lebih nyata. Orang-orang disekeliling kita, ditempat kerja, dikomunitas atau dimana saja, kita sering menjumpai orang-orang yang hidupnya tidak tenang jika tidak bisa mengganggu ketenangan orang lain. Tidak Bisa tidur jika belum menunjukkan rasa arogannya kepada orang lain.
Bahkan dalam kegeraman yang sangat serius, saya pernah mengatakan kepada teman: "Waspadalah dengan orang-orang disekitarmu. Ada orang yang memang dilahirkan hanya untuk merusak, berdebat, mengusik kebahagiaan orang lain". Dan menurut saya orang-orang seperti itu jika sudah kita ingatkan 2-3 kali maka jalan terbaik adalah menghindarinya atau mengabaikannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), aro-gan adalah sombong; congkak; angkuh; mempunyai perasaan superioritas yang dimanifestasikan dalam sikap suka memaksa atau pongah. Dari definisi tersebut dapat kita ketahui bahwa orang arogan itu tidak ada gunanya dinasehati atau dibuat insaf. Selamanya dia akan merasa dirinya lebih tahu segalanya. Pokoknya merasa dirinya paling super.
Jika ketemu dengan orang seperti itu lebih baik dihindari saja. Biarkan dia dengan musik dan lagu kesukaannya. Dengan hentakan dan iramanya sendiri. Jangan biarkan dia menguras energimu dengan menghisapnya lalu menggunakannya untuk memangsa lebih banyak orang lagi.
Satu hal yang tidak kalah penting dan sangat-sangat penting untuk dicatat adalah, pastikan dirimu sendiri tidak pernah menjadi orang yang arogan dan jangan sekali-sekali dipusingkan dengan orang arogan.
(RS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H