Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

[Cerita Natal] Robohnya Pohon Natal Kami

9 Desember 2018   15:38 Diperbarui: 10 Desember 2018   23:01 2260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: abc.net.au

Saya memindahkannya ke sudut ruang tamu dan meletakkannya disebuah meja kecil persis di salah satu sudut ruangan itu disamping meja televisi.

"Ada yang kertinggalan," kata nenek sambil menunjukkan satu plastik penuh hiasan natal. "Pasang ini pada daun-daunnya, agar lebih cantik" kata nenek sambil memperlihatkan bintang plastik, kapas sebagi pengganti salju, lonceng mainan, bola-bola kecil sebagai pengganti buah cemara, lambu kelap-kelip dan bunga-bunga lain yang saya pikir tidak relevan dengan pohon natal itu sendiri.

Dan sekali lagi tanpa membantah, saya memasang semua aksesoris tersebut memenuhi pohon natal yang tadinya kokoh itu. Menurut saya hiasan-hiasan itu bukannya memperindah, malah menutupi keindahan dan orisinilitas pohon natal buatan itu. 

Tapi ternyata bukan hanya mengurangi keidahannya, tiba-tiba pohon natal tersebut "tumbang". Karena aksesorisnya yang terlalu banyak dan berat, rupanya tanah di dalam pot tidak cukup kuat untuk menopang seluruh beban di atasnya dan akhirnya pohon natal itupun "roboh".

***

Saudara-saudariku yang Budiman!

Bukankah hal tesebut sering terjadi dalam kehidupan kita? Dalam menyambut dan merayakan natal, kita sering terlalu sibuk mengurusi aksesoris-aksesoris seperti baju baru, sepatu baru, mempersiapkan kue-kue, minuman, makanan, dsb.

Karena terlalu fokus mengurusi hal-hal tersebut, tanpa kita sadari akhirnya kita pun bisa 'tumbang' dan kehilangan makna natal yang sesungguhnya. Bukankah natal itu identik dengan "kesederhanaan"?

Tidak salah jika kita membelikan baju baru, sepatu baru, mempersiapkan makanan dan minuman, dsb, sebagai bentuk ucapan rasa syukur kepada Tuhan. Tetapi semuanya itu bukan keharusan dan juga tidak boleh dilakukan dengan berlebihan.

Jika kita mempunyai berkat lebih maka sebaiknya kita berbagi dengan mereka yang tidak punya, disana akan kita temukan makna natal yang sesungguhnya.

Natal itu jauh dari kemewahan, hura-hura dan pesta pora. Mari jauhkan semuanya hal-hal yang tidak terlalu penting dan mari, sambutlah Natal dan Tahun Baru dengan penuh kesederhanaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun