Sejak dihelat dari tahun 1996 hingga sekarang, Piala AFF (Asian Football Federation) sudah 2 kali berganti nama sesuai sponsor. Dari AFF Tiger Cup (1996-2004) menjadi AFF Suzuki Cup (2007-sekarang), dan sudah diperebutkan sebanyak 11 kali. Tetapi "sialnya" timnas Indonesia belum pernah sekalipun menjadi juara.
Berikut tabel daftar lengkap juara Piala AFF dari tahun 1996-2016:
Dari daftar tersebut dapat kita lihat bahwa baru 3 negara yang pernah menjuarai event ini, yaitu: Thailand 5 kali, Singapura 4 kali, Malaysia 1 kali dan Indonesia belum pernah sekalipun.
Sangat memalukan, bukan?
Seperti kata beberapa pengamat sepakbola, jika seandainyapun timnas kita berhasil menjuarai Piala AFF, kita belum hebat dan tak perlu jemawa. Tetapi kalau kita sama sekali belum pernah menjuarainya, itu justru sungguh sangat memalukan.
Ibarat seorang laki-laki melawan seorang perempuan adu jotos. Jika laki-laki tersebut menang, dia tak perlu bangga karena lawannya lemah. Tetapi jika kalah? Laki-laki tersebut akan dianggap banci. Itu sangat memalukan, bukan?
Mengapa demikian?
Karena memang persepakbolaan di Asia Tenggara itu prestasi atau levelnya masih sangat-sangat rendah dibandingkan dengan persepakbolaan di regional lainnya. Belum satu pun negara peserta Piala AFF pernah masuk  Piala Dunia atau menjuara Piala Asia. Bahkan di tingkat Asia, ke babak perempatfinal pun belum pernah sama sekali.
Artinya seluruh negara yang mengikuti Piala AFF, levelnya masih jauh di bawah timnas Jepang, Arab Saudi, Korea Selatan, Iraq, Iran, Kuwait, dsb. Dan teknik permainan di kejuaraan AFF pun saya pikir tidak terlalu menarik, bahkan beberapa pertandingan nampaknya belum layak tonton dan layak jual.
Apakah memang Indonesia seharusnya pernah atau pantas menjuarai Piala AFF?
Ya. Seharusnya jika timnas kita dikelola dengan benar oleh para pengurus PSSI yang "baik hati dan budiman" itu, bukan sesuatu hal yang luar biasalah jika timnas kita pernah juara.
Sebutlah bahwa jumlah penduduk bukan salah satu barometer prestasi sepakbola (seperti RRC dan India), tetapi bukankah sepakbola merupakan salah satu olahraga yang sangat digemari dan terus dikembangkan di negeri ini?
Dan bukankah negara kita memiliki talenta-talenta muda berbakat yang lahir setiap tahunnya? Tetapi mengapa masih selalu gagal dan gagal lagi?
Jawabannya adalah karena persepakbolaan kita belum dikelola dengan benar oleh para pengurus PSSI yang masih lebih doyan politik kekuasaan daripada mengurusi sepakbola.
Jadi sebaiknya, demi menjaga harga diri bangsa dan agar Ibu Pertiwi berhenti menangisi sepakbola kita, maka untuk tahun-tahun berikutnya, sebaiknya PSSI tak usah lagi berpartisipasi di Piala AFF. Itu lebih baik dan lebih bijaksana.
Seperti negara kita berani keluar dari anggota OPEC yang dianggap hanya gengsi-gensian. Lantaran posisinya bukan lagi sebagai negara pengekspor minyak tetapi negara pengimpor minyak. Sementara dengan menjadi anggota, negara kita berkewajiban membayar iuran sebesar USD2 juta per tahun.
Tetapi Anda mungkin bertanya, siapa nantinya yang menjadi sparing partner timnas kita untuk mengasah kemampuannya?
Menurut saya, lawan saja timnas Jerman, Perancis, Italia, Belgia, Brazil, Argentina, Uruguay atau siapa saja dah. Jepang dan Korea Selatan juga bisa.
(RS)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI