Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apakah Kebahagiaan Tertinggi bagi Seorang Guru? (2 Buah Testimoni)

30 November 2018   18:17 Diperbarui: 30 November 2018   18:18 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah kebahagiaan tertinggi bagi seorang guru?

Pertanyaannya ini pernah saya sampaikan kepada 2 orang guru senior: Pak Kirno dan Pak Edy, yang sudah mengabdi selama puluhan tahun di Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau. 

Ketika pertama kali mereka ditempatkan di daerah Lingga, belum ada pemekaran seperti sekarang. Provinsi Kepulauan Riau masih berstatus kabupaten yang waktu itu masih bernama Kabupaten Riau Kepulauan (Rikep), dan masih tergabung ke dalam Provinsi Riau. Sementara Lingga masih berstatus kecamatan.

Dan ketika itu suasananya masih sangat memprihatinkan. Sangat jauh berbeda dengan keadaan sekarang. Transportasi masih menggunakan kapal kayu yang jalannya relatif sangat lambat dan jadwalnya pun hanya seminggu 1 kali ke ibukota kabupaten, Tanjungpinang. Belum ada Ferry dan Kapal Speed seperti sekarang.

Mengenai alat komunikasi apalagi? Pak Kirno yang berasal dari Jawa Tengah dan Pak Edy yang berasal dari Nanggroe Aceh Darussalam, hanya bisa mengandalkan surat-menyurat lewat Kantor Pos untuk berkomunikasi dengan keluarga di kampung. Paling cepat suratnya sampai 2 minggu dan terkadang tidak sampai. Belum ada handphon, Facebook dan WhatsApp seperti sekarang.

Yang paling senior, Pak Kirno, sudah mengabdi sekitar 33 tahun lebih. Bahkan Agustus bulan lalu beliau sudah pensiun. Sementara Pak Edy baru mengabdi 21 tahun dan sampai sekarang beliau masih aktif dan menjabat sebagai Kepala Sekolah di salah satu SMP.

Ketika pertanyaan di atas saya sampaikan kepada mereka, pada tempat dan waktu yang berbeda, Pak Kirno menceritakan pengalamannya:

Suatu kali Pak Kirno berkunjung ke Jakarta. Entah bagaimana ceritanya, tiba-tiba seorang anak muda datang menjumpainya. "Pak Kirno, kan? Saya tahu bapak disini dari teman saya" Katanya sambil menyalam dan mencium tangan beliau lalu memeluknya. Pak Kirno merasa heran. Pak Kirno tak mengenalnya lagi sama sekali.

"Bapak mungkin tak mengenal saya lagi. Saya murid bapak ketika SMP dan sampai sekarang juga masih tetap murid bapak", katanya dengan terharu. "Berkat didikan bapak, sekarang saya sudah menjadi pengusaha yang cukup berhasil di Ibukota Jakarta ini", katanya menambahkan.

"Selama bapak di Jakarta, terserah bapak. Apakah bapak mau menginap di rumah saya, di hotel atau di salah satu apartemen saya, bapak tinggal pilih. Pokoknya dimana bapak merasa senanglah. Untuk menemani perjalanan bapak selama di Jakarta saya siapkan satu mobil dan supirnya", katanya seperti kepada orang yang sangat dihormatinya.

Selanjutnya Pak Kirno beberapa kali diajak makan ke restoran mahal. Dan ketika mau pulang ke Lingga, beliau diantar ke Bandara Soekarno Hatta dan ongkos pesawatnya dibelikan. "Kalau bapak nanti berkunjung ke Jakarta, hubungi saya pak, ya!", katanya dengan penuh keikhlasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun