Ketika Jepang menyerah kalah kepada pasukan sekutu dalam Perang Dunia II, setelah kota Nagasaki & Hiroshima diluluhlantakkan dengan bom atom, Sang Kaisar bertanya: "Berapa jumlah guru yang tewas?"Â Dengan perasaan heran prajurit bertanya: "Mengapa bukan jumlah prajurit yang tewas yang Kaisar tanyakan?"Â Sang Kaisar menjawab: "Kalian para prajurit berjuang untuk masa kini sedangkan guru berjuang untuk masa depan membangun anak bangsa"
Mungkin beberapa diantara pembaca sudah pernah mendengar petikan dialog antara Kaisar Hirohito dan prajuritnya seperti yang tertera di atas. Dalam versi lain saya baca, Kaisar Hirohito menanyakan berapa banyak guru yang masih tersisa, bukan menanyakan berapa banyak jenderal yang masih hidup.
Artinya dari dialog tersebut tergambar dengan jelas bahwa menurut Sang Kaisar, dalam membangun masa depan bangsa maka peran guru jauh lebih penting daripada peran prajurit atau pun jenderal.Â
Benarkah demikian? Sedemikian besarkah peran guru itu dalam membangun sebuah bangsa?Â
Bagaimana dengan di negara kita Indonesia, sudahkah guru itu memberikan kontribusi dalam membangun generasi bangsa yang cerdas, berkarakter, bermental tangguh dan memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi?
Dan pertanyaan terakhir adalah, sudahkah guru itu nasibnya diperhatikan dan dimuliakan?
Kita harus akui bahwa pendidikan adalah kunci pembangunan sebuah bangsa. Pendidikan berperan besar bagi perkembangan dan kemajuan sebuah bangsa. Maju tidaknya suatu bangsa ditentukan oleh kualitas pendidikan masyarakatnya. Sebuah bangsa yang maju dan besar tentu ditunjang dengan kualitas pendidikan masyarakatnya.
Dan kita juga harus akui bahwa ujung tombak pendidikan adalah guru. Dari 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) antara lain:
- Standar Kompetensi Lulusan
- Standar Isi
- Standar Proses
- Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
- Standar Sarana dan Prasarana
- Standar Pengelolaan
- Standar Pembiayaan Pendidikan
- Standar Penilaian Pendidikan
Maka Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan khususnya "standar pendidik" adalah yang paling sentral. Artinya tanpa bermaksud mengecilkan fungsi 7 standar lainnya, tanpa "pendidik" atu "guru" semuanya tidak akan dapat berjalan dengan baik.
Standar Kompetensi Lulusan tidak akan pernah tercapai tanpa guru. Standar Isi atau kurikulum yang bagus tidak ada artinya tanpa guru. Standar proses tidak akan berjalan tanpa guru. Standar Sarana dan Prasarana tidak ada gunanya tanpa guru. Demikian halnya dengan Standar Pengelolaan, Pembiayaan dan Penilaian, semuanya hanya berjalan jika ada guru.
Untuk itu peran guru itu dalam pendidikan sangat-sangat sentral dan peran guru itu dalam pembangunan bangsa juga sangat-sangat besar. Untuk itu kualitas dan kuantitas guru dalam sebuah negara harus benar-benar diperhatikan termasuk masalah kesejahteraannya.