Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengapa Mardani dan Prabowo-Sandi Tidak Kompak Mempermainkan Gaji Guru?

22 November 2018   00:01 Diperbarui: 22 November 2018   06:44 803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai guru, saya merasa bahwa Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi telah mempermainkan isu kesejahteraan guru demi kepentingan politik. 

Rencana akal-akalan mereka yang tidak matang dan koordinasi di antara mereka yang tidak kompak mengenai kenaikan gaji guru, dengan jelas memperlihatkan bahwa itu semua hanyalah candaan yang terlalu dibuat-buat seakan-akan serius.

Mengapa saya sebut demikian?

Niat mereka yang ingin menarik suara guru di Pilpres 2019 nanti lewat isu menaikkan gaji guru menjadi Rp 20 juta per bulan, ternyata langsung terbaca dengan jelas ketika mereka saling membantah satu sama lain.

Jelas janji dan rencana itu hanya iming-iming dan omong kosong belaka dari pemikiran yang grasa-grusu dalam upaya membodohi guru atas nama kesejahteraan. Apakah mereka ingin menipu guru yang pernah mendidik mereka? Dan apakah guru sebodoh itu mau dengan mudah ditipu dengan janji-janji manis yang tidak logis?

Dari berita yang saya rangkum dari berbagai sumber, tergambar dengan jelas adanya ketidakkompakan yang sangat mendalam di antara mereka mengenai rencana mulia ini. Ucapan mereka tidak sinkron satu sama lain dan cenderung berubah-ubah ketika ketahuan tidak saling berkaitan.

Mardani Ali Sera menyebutkan jika Prabowo-Sandi kelak terpilih menjadi presiden dan wakil presiden maka mereka akan menaikkan gaji guru hingga Rp 20 juta/bulan dengan persyaratan ini dan itu demi mendapatkan guru yang berkualitas tinggi.

Sementara Cawapres Sandiaga Uno mengatakan timnya sedang menghitung cukup-tidaknya jika gaji untuk guru dinaikan. Dia mengatakan kenaikan gaji guru jangan sampai memberatkan anggaran. Artinya gaji guru di angka Rp 20 juta itu bukan merupakan hasil hitungan tim.

Lain lagi dengan Capres Prabowo. Beliau membantah pernyataan tim suksesnya Mardani Ali Sera soal menaikkan gaji guru Rp 20 juta. Menurutnya, janji tersebut tidak sesuai dengan kondisi keuangan negara saat ini. Dan Prabowo menjelaskan tidak ingin membohongi rakyat dengan umbar janji politik.

Kalau Prabowo tidak ingin membohongi rakyat, sementara menurut Sandi masalah gaji itu masih dihitung tim, mengapa Mardani Ali Sera sudah terlanjur meneriakkannya di media?

Sebagaimana biasa Mardani pun meralat ucapannya dan menjelaskan bahwa dia ingin mengusulkan kepada Prabowo-Sandi agar lebih mengapresiasi guru Indonesia. Hal itu dengan harapan menarik minat guru-guru terbaik untuk mengajar di Indonesia. Artinya ini adalah usulan pribadi dan bukan rencana tim.

Oh, masih ingin diusulkan dan belum diusulkan to? Artinya masih pra-wacana dan belum wacana. Masih ingin dimasak, dan belum tahu bisa matang kalau nantinya tidak jadi dimasak?

Koordinator juru bicara BPN Prabowo-Sandiaga, Dahnil Anzhar Simanjuntak pun turun gunung mencoba meluruskan. Dalam program aksinya, pasangan nomor urut 02 itu mendorong adanya standar minimum gaji guru. Dengan demikian, ke depan, tak ada lagi guru honorer dan non-PNS yang digaji tak layak.

Hahahaha... Kalau-kalau hanya ngomong yang seperti itu mah, siapa pun bisa. Maksud saya, kalau niatnya memang benar-benar ingin menaikkan kesejahteraan guru menjadi Rp 20 juta per bulan, coba hitung dulu jumlah seluruh guru di Indonesia, kemudian bandingkan dengan APBN kita.

Dan kalau misalnya tidak cukup, bagaimana cara untuk mendongkrak APBN? Apakah dengan cara tidak melakukan impor apa-apa dari negara lain sehingga uang yang diperuntukkan untuk membayar impor itu dibuat untuk membayar gaji guru?

Berhubungan dengan "tidak mengimpor apa-apa", Mardani justru menyebutkan akan mengimpor guru-guru berkualitas dari Eropa dan negara-negara maju dan menyekolahkan guru-guru dari Indonesia ke luar negeri, apakah ini juga hanya rencana grasa-grusu?

Ya, sudahlah. Saya hanya mau mengingatkan. Jika Anda gagal dalam merencanakan sesuatu maka Anda sedang merencanakan sebuah kegagalan. Itu saja.

(RS)

Sumber:

Detik.com

Kompas.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun