Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Jika Timnas "Di-bully" Habis, Itu Sepenuhnya Karena Cinta yang Terlalu

21 November 2018   22:04 Diperbarui: 22 November 2018   05:57 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika suporter "mencaci-maki" dan mem-bully habis timnas PSSI, dan jika ada tagar kosongkan GBK, apakah Anda pikir semua itu karena suporter tidak memiliki jiwa nasionalisme dan tidak mencintai timnas kita?

Jika suporter Indonesia tidak peduli lagi dengan timnas kita, ibarat kata orang Melayu: "Lantak, lantaklah disitu. Nak menang, nak kalah atau nak bubar sekalian terserah mike itulah, kami tak urus" ("Biar, biarlah. Mau, menang, mau kalah atau mau bubar sekalian, terserah kalianlah, kami tak peduli")

Perkataan seperti itukah yang diinginkan pengurus PSSI yang mulia dari suporter Indonesia yang sudah merasa sangat geram dengan prestasi nol persen PSSI yang sejak dahulu kala tidak pernah juara? 

Sejak Piala AFF dihelat tahun 1996, sudah pernahkah timnas kita meraih juara sekali saja? Mengapa Thailand berhasil meraih 5 kali juara, Singapura 4 kali, Malaysia dan Vietnam masing-masing 1 kali? Lebih rendahkah kemampuan timnas kita dari mereka semua? Ataukah pengurus PSSI yang tak becus?

Apakah suporter harus mendukung terus pemain-pemain timnas yang berlari tanpa arah yang jelas di lapangan dan menjadi bulan-bulanan timnas negara lain di lapangan? Apakah suporter harus mengagungkan pengurus karena PSSI maha benar dengan segala kebijakannya dan suporter selalu salah dalam semua perbuatannya?

Seperti halnya dengan Piala AFF 2018, ketika suporter berharap timnas kita menjuarainya untuk pertama kalinya, tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Jangan ke babak final, ke babak semifinal pun kita tidak berhak. Tidak pantaskah suporter kecewa?

(Tangkapan layar dari goal.com/dok.pri)
(Tangkapan layar dari goal.com/dok.pri)
Dari tiga pertandingan di Grup B, masih untung timnas kita tertolong oleh keberadaan Timor Leste dan kita pun terhindar dari posisi juru kunci. Dihantam Singapura 1-0 dan Thailand 4-2, timnas kita hanya bisa menang 3-1 melawan Timor Leste, sebuah negara yang baru kemarin sore bermain sepakbola.

Dalam posisi genting dan berharap akan datangnya sebuah keajaiban, Timor Leste yang diharapkan dapat menekuk Singapura, eh malah dibantai dengan skor mengerikan 1-6. Sementara Thailand yang diharapkan dapat mengalahkan Filipina, hanya mampu bermain imbang 1-1. Dan timnas kita pun meraih nilai positif yaitu positif tidak lolos ke semifinal.

Jadi bagaimana sekarang? Salahkah jika suporter mengkritik pemain timnas berlebihan dan menuntut induk olahraga PSSI agar segera direstorasi? Atau salahkah jika suporter mem-bully habis pengurus PSSI dan memaksakan adanya reformasi dan restorasi?

Ataukah lebih baik suporter tidak peduli lagi sama timnas dan semua jajaran pengurus PSSI? Terserahlah,  "Lantak, lantaklah disitu. Nak menang, nak kalah atau nak bubar sekalian terserah mike itulah, kami tak urus" 

Jika pada pertandingan terakhir nanti timnas kita berlaga dengan Filipina, saya mendukung penuh dan menyerukan #KosongkanGBK, mereka tidak layak didukung.

(RS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun