Artinya ada kepentingan partai dan ada kepentingan koalisi dalam waktu yang bersamaan. Dan yang lebih diuntungkan adalah partai yang mengusung capres atau cawapres. Dengan keadaan itu SBY pun merasa dirugikan, lalu kembali menjelaskan:
"Dlm pilpres yang paling menentukan "Capres-nya". Capres adalah "super star". Capres mesti miliki narasi & gaya kampanye yang tepat *SBY*" (15/11/2018; 9.18)
Mungkin hingga saat ini SBY belum melihat atau belum mendengar Prabowo-Sandi menyampaikan solusi, kebijakan & program yang akan dijalankan untuk Indonesia 5 tahun ke depan, maka SBY pun menasihatkan:
"Saat ini rakyat ingin dengar dari Capres apa solusi, kebijakan & program yang akan dijalankan untuk Indonesia 5 tahun ke depan *SBY*" (15/11/2018; 9.19)
"Kalau "jabaran visi-misi" itu tak muncul, bukan hanya rakyat yang bingung, para pendukung pun juga demikian. Sebaiknya semua introspeksi *SBY*" (15/11/2018; 9.19)
Dan akhirnya SBY pun buka-bukaan. "Siapa yang paling utama, partai atau capres-cawapres?". Jujur saja, partai yang utama. Baru kemudian capres-cawapres. Untuk apa Prabowo-Sandi "eksis" jika Demokrat hilang dari "muka bumi" politik dan harus memulai dari nol pada pemilu berikutnya? SBY pun mengakhiri kicauannya:
"Terakhir, saya pikir tak ada satu pun partai politik (yang tak punya capres dalam pemilu serentak ini) yang tak utamakan partainya *SBY*" (15/11/2018; 9.21)
Saya pikir tidak ada yang salah dengan SBY. Sebagai pendiri, Ketua Pembina dan Ketua Umum Partai Demokrat, SBY harus harus mengutamakan keselamatan partainya.
(RS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H