Sepertinya SBY sedang dalam dilema atau lebih tepatnya "galau tingkat tinggi". Di satu sisi Demokrat harus berkoalisi mengusung salah satu capres-cawapres di Pilpres 2019 jika tidak ingin kehilangan haknya mencalonkan jagoannya pada pilpres periode berikutnya.Â
Disisi lain SBY enggan berkampanye untuk Prabowo-Sandi, pasangan capres-cawapres yang diusung koalisi mereka. Karena menurut SBY tidak ada untungnya bagi Partai Demokrat mendukung atau pun mengkampanyekan Prabowo-Sandi. Apa untungnya bagi SBY dan Demokrat jika Prabowo-Sandi menang tetapi Demokrat gagal mendulang suara?
Karena sudah pasti, bagi SBY Partai Demokratlah yang utama. Paling tidak lolos dari ambang batas 5 persen, itu jauh lebih berguna daripada harus memenangkan Prabowo-Sandi. Sekali lagi, apa untungnya bagi SBY dan Demokrat jika Prabowo-Sandi menang dalam Pilpres 2019 tetapi Partai Demokrat nyungsep?Â
Apalagi menurut pengamatan SBY dan Demokrat elektabilitas Prabowo-Sandi tidak mengalami perubahan yang signifikan? Tentu hal itu juga memberikan efek negatif bagi partai pendukung? Mungkinkah SBY menyesal telah bergabung dengan koalisi Prabowo-Sandi?
Dalam suasana galau, SBY mendengar pernyataan Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani yang menyebut bahwa SBY berjanji melakukan kampanye untuk Prabowo-Sandi, namun sampai saat ini hal tersebut belum dilakukan.
Mendengar pernyataan tersebut, SBY pun langsung bereaksi. Tak tanggung-tanggung, SBY langsung "berkicau" sambung menyambung menumpahkan kekesalannya.
Lewat akun resminya @Sbyudhoyono, SBY menulis:
"Sebenarnya saya tak harus tanggapi pernyataan Sekjen Gerindra. Namun, karena nadanya tak baik & terus digoreng terpaksa saya respons *SBY*" (15/11/2018; 9.13)
Rupanya pernyataan Sekjen Gerindra yang "menuduh" SBY "ingkar janji" atau belum menunaikan janjinya berkampanye untuk Prabowo-Sandi, merupakan menimbulkan nada yang cukup tidak enak bagi SBY. Maka SBY pun mulai curhat:
"Saya pernah 2 kali jadi Calon Presiden. Saya tak pernah menyalahkan & memaksa Ketum partai-partai pendukung utk kampanyekan saya *SBY*" (15/11/2018; 9.16)
Mungkin SBY atau Ahmad Muzani yang lupa. Pilpres kali ini berbeda dengan pilpres sebelum-sebelumnya. Jika dulu pilpres dipisahkan dari prmilu tetapi sekarang berbeda, keduanya disatukan.Â