Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengapa Pemerintah Tidak Melikuidasi Bank Century dan Mengapa SBY Memilih Boediono?

16 November 2018   14:23 Diperbarui: 16 November 2018   14:39 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudahlah, kita beralih ke pertanyaan selanjutnya: mengapa kemudian SBY memilih Boediono sebagai wakilnya? Mengapa SBY tidak memilih wakilnya dari partai koalisinya PAN, PKB, PPP atau PKS? 

Murnikah karena SBY menginginkan wakilnya dari kalangan profesional di bidang ekonomi dan bukan dari orang politik yang juga dimaksudkan untuk menghindari kecemburuan diantara partai pendukung? Atau masih adakah hubungannya dengan Bank Century?

Seperti dikutip dari viva.co.id (15/5/2009), SBY mengatakan: "Saya menilai, Pak Boediono adalah seorang muslim yang lurus, jujur, sederhana, konsisten dan toleran. Seorang yang cerdas, ulet, keras dalam bekerja dan bertanggungjawab," ujar SBY.

Bukan tanpa alasan SBY mengatakannya, SBY sudah sekitar sepuluh tahun bekerja bersama Boediono. Dalam Kabinet Indonesia Bersatu, Boediono dipercaya menjabat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Gubernur Bank Indonesia. Dan pada masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri juga Boediono pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan dan Kepala Bappenas.

Pertanyaan saya yang terakhir adalah mengapa dana penyelamatan Bank Century jumlahnya membengkak dari Rp 632 miliar yang semula dianggarkan Sri Mulyani, kemudian menjadi Rp 2,6 triliun lalu menjadi 6,7 triliun? Kemanakah muara dana tersebut? Adakah dana itu mengalir ke partai politik?

Semoga saja Boediono seorang muslim yang lurus, jujur, sederhana, konsisten dan toleran, cerdas, ulet, pekerja keras dan bertanggungjawab tidak terlibat dalam sekongkolan dan menjadi korban dari kejamnya konspirasi politik.

(RS/dari berbagai sumber)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun