Tetapi siapapun nantinya yang menjadi lawan Timnas Indonesia di perempatfinal, apakah Timnas Australia atau Timnas Korea Selatan, dua hal yang menjadi catatan bagi pemain Indonesia adalah harus bermain kolektif dengan umpan-umpan pendek dan hindari umpan-umpan jauh dan tinggi.
Pemain Indonesia harus memaksimalkan penyelesaian akhir di depan gawang lawan dengan membagi bola ke kiri atau ke kanan.
Seluruh pemain, khususnya si kembar Bagas dan Bagus, tidak boleh egois dan terlalu percaya diri, memaksakan diri melewati barikade pertahanan lawan yang begitu rapat.
Beberapa kali, pada tiga pertandingan sebelumnya, Bagus terlihat bermain terlalu individual dan memaksakan diri untuk melewati beberapa pemain lawan lalu berusaha mencetak gol sendiri, tanpa membagi bola kepada temannya yang sudah berdiri bebas di area tembak yang strategis.
Hal itu sangat merugikan Timnas kita ketika beberapa kali harus kehilangan peluang mencetak gol karena pemain lawan berhasil mencuri bola akibat pemain bermain terlalu egois dan ngotot melewati beberapa pemain lawan.
Saya pikir hal ini harus menjadi perhatian khusus bagi pelatih Fachri Husaini.
Kemudian yang kedua, Timnas Indonesia harus mengurangi umpan-umpan panjang dan tinggi ke depan. Sebab, secara fisik, Indonesia jelas kalah dengan Timnas Australia dan Korea Selatan.
Jika Timnas tetap memaksakan umpan-umpan seperti itu, maka pemain Indonesia akan sering kehilangan bola dan kalau pun umpanya tepat sekali-sekali, itu hanyalah kebetulan.
Namun, di sisi lain, dalam hal kecepatan, pemain Indonesia masih bersaing. Setidaknya hal itu juga yang bisa sangat dikedepankan oleh para Garuda Muda ini.
Saya pikir pelatih Fachri Husaini harus peka memperhatikan hal-hal seperti itu. Bermain kolektif dengan umpan-umpan pendek, hindari umpan-umpan panjang dan tinggi serta hindari keegoisan dengan bermain terlalu individual dan memaksakan diri melewati barikade pertahanan lawan.
Mudah-mudahan Timnas Indonesia U-16 akan menjuarai Piala AFC U-16 2018.