Sebenarnya hal ini sungguh tak beretika mengatai presiden yang tidak menjabat lagi seperti itu, tetapi apa daya seperti itulah fakta yang terjadi di lapangan.
Apalagi ketika SBY berusaha terlibat secara praktis dalam pencalonan putranya Agus Harimurti Yudhoyono sebagai Gubernur DKI Jakarta? Berbagai macam sindiran pun dialamatkan kepada SBY yang seharusnya dihormati sebagai Presiden RI yang ke-6.
Dan berita terbaru yang sedang hangat adalah cerita tentang SBY yang mutung pada acara kampanye damai di Monas.
SBY kecewa karena parpol lain membawa atribut kampanye. Sedangkan Demokrat hanya membawa atribut yang disediakan KPU. SBY pun meninggalkan acara dan menitip pesan kepada Sekjen Demokrat Hinca Panjaitan di lokasi.
Seharusnya SBY tak perlu kecewa dan seharusnya SBY tak perlu mutung. Seharusnya SBY tak perlu hadir dalam acara tersebut sebagai Ketua Umum Partai, saya pikir itu merendahkan diri beliau sebagai seorang yang telah pernah menjabat sebagai presiden.
Kalaupun beliau hadir, akan lebih terhormat jika beliau datang sebagai negarawan. Sebagai undangan KPU yang diharapkan dapat memberikan kesejukan karena pernah menjabat sebagai Presiden Indonesia ke-6.
SBY tidak boleh dan tidak seharusnya menjadi bahan olok-olokan oleh kelompok tertentu. Beliau adalah Presiden Indonesia yang ke-6 dan sepantasnya beliau dihormati.
Semoga ini menjadi pembelajaran bagi presiden Indonesia selanjutnya. Jika suatu saat nanti Jokowi tidak menjabat lagi sebagai presiden, beliau harus melepaskan diri dari politik praktis dengan ikhlas dan tidak boleh mengkritik presiden setelahnya.
Tidak ada salahnya kita meniru hal-hal yang baik dari negara Paman Sam jika hal itu memang layak untuk ditiru.
(RS)