Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sudah 2 Lagu Anak-anak Dipolitisasi Fadli Zon, Mengapa Komisi Perlindungan Anak Diam Saja?

20 September 2018   18:32 Diperbarui: 20 September 2018   18:48 1926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Tangkapan layar dari Twitter @fadlizon)

Anak-anak itu polos dan lugu, terlalu suci untuk dikotori oleh politisi egois yang hanya memikirkan kepentingannya. Pikiran anak-anak itu masih sangat sederhana, belum bisa membedakan kata-kata politis, mana yang benar dan mana yang menyesatkan.

Itulah mengapa Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta penyelenggara pemilu dan peserta pilkada untuk menghadirkan kampanye ramah anak dan memastikan pelarangan serta perlindungan penyalahgunaan dalam kegiatan politik

Pasal 76 H Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014, menyebutkan setiap orang dilarang merekrut atau memperalat anak untuk kepentingan militer dan atau lainnya dan membiarkan anak tanpa perlindungan jiwa. (KOMPAS.com, 23/1/2018)

Untuk itu tugas orang tua dan gurulah yang membimbing dan mengajarinya. Agar kelak menjadi generasi yang cerdas dan bermoral tinggi. Pemimpin agama, tokoh masyarakat, tokoh politik dan aparatur negara dari yang terendah hingga yang tertinggi sampai ke Presiden, semuanya harus ikut bertanggung jawab. 

Pemimpin itu harus memberikan teladan. Kata-kata saja tidak cukup tetapi harus menampilkan karakter yang patut diteladani. Ketika tampil di televisi atau "berkicau" di media sosial, jangan sekali-kali melibatkan anak-anak dalam politik. Jika tidak bisa berperan serta untuk memperbaiki, paling tidak jangan merusaknya.

Sang Guru Agung dengan keras mengingatkan: "Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada Tuhan, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut"

Jadi jangan sekali-kali mempermainkan anak-anak termasuk lagu-lagunya. Itu mungkin kedengaran seple dan lucu bagimu, tetapi itu sangat konyol. Jika hal itu dilakukan oleh orang-orang mabuk, mungkin tak perlu menanggapinya. "Maklumlah, namanya juga orang mabuk!".

Tetapi jika yang melakukannya adalah seorang politisi sekelas Wakil Ketua DPRRI? Apakah itu kedengaran lucu? Tidak. Sama sekali itu tidak lucu. Itu konyol, tidak mendidik dan tidak bermartabat. Berpolitiklah sesuka hatimu tetapi jangan melibatkan anak-anak dan mempolitisasi lagu-lagunya

Tidak hanya 1 lagu tetapi sudah 2 lagu anak-anak, kata Adi MS: "diperkosa" oleh Wakil Ketua DPRRI Fadli Zon dalam cuitannya di akun Twitter-nya.

Yang pertama adalah lagu "Potong Bebek Angsa" dalam 2 versi:

"POTONG BEBEK ANGSA MASAK DIKUALI,

GAGAL URUS BANGSA MAKSA DUA KALI

TAKUT DIGANTI PRABOWO-SANDI

LALALALALALALA LALALALA," tulis @fadlizon.

Dan yang kedua adalah:

"BANGUN TIDUR KUTERUS MANDI

TIDAK LUPA MENGGOSOK GIGI

PILIH SAJA PRABOWO-SANDI

............. CUKUP SAMPAI DI SINI," tulis Fadli Zon pada akun Twitternya.

(Tangkapan layar dari Twitter @fadlizon)
(Tangkapan layar dari Twitter @fadlizon)
Sekali lagi, apakah itu kedengaran lucu? Tidak. Sama sekali tidak. Itu konyol dan tidak bermartabat. Apalagi dinyanyikan oleh seorang Wakil Ketua DPRRI Fadli Zon? Bagaimana jika besok-besok lagu itu populer di kalangan anak-anak, siapa yang menanggung dosanya? Atau itukah yang diinginkan Fadli Zon, agar lagu itu dinyanyikan anak-anak?

Adi MS seorang musisi, pendiri dan konduktor Twilite Orchestra mengungkapkan rasa keprihatinannya lewat cuitannya di akun Twitter-nya:

Setelah lagu anak MENANAM JAGUNG diperkosa untuk kepentingan politik, sekarang giliran POTONG BEBEK ANGSA,” kicau Addie MS lewat akun Twitter, @addiems, Kamis (20/9).

(Tangkapan layar dari Twitter @addiems)
(Tangkapan layar dari Twitter @addiems)
Apakah Adi MS hanya main-main dalam cuitannya tersebut? Tidak. Dia serius sekaligus kuatir, kelak tidak ada lagi lagu untuk anak-anak karena semua sudah dipolitisasi oleh politisi busuk yang tidak berperasaan.

Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah: dimana Arist Merdeka Sirait, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia dan aktivis perlindungan anak lainnya, tidak merasa terusikkah mereka dengan plesetan lagu ini? Ataukah mereka juga menganggap hal ini sebagai hal sepele yang tak perlu ditanggapi? Ataukah mereka juga mau mengatakan: "Maklumlah, namanya juga orang mabuk!"?

(RS)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun