Selamat Hari Anak Nasional...!
Lewat tulisan yang dibagikan melalui messenger WhatsApp dengan judul: "LGBT Merangkai Duka", dalam sebuah paragraf, ahli syaraf RSCM: dr. Ani Hasibuan mengingatkan dengan geram: "Hati-hati dengan anak-anak, ajarkan mereka untuk bertindak agresif. Kalau ada (gay) yang coba-coba menggoda, jangan kasih ampun, langsung pukuli beramai-ramai..!
Pernyataan tersebut terkesan emosional dan benar-benar merupakan tindakan melawan hukum karena mengajarkan masyarakat main hakim sendiri. Tetapi kata-kata tersebut mungkin terdorong secara spontan karena pengalaman beliau yang berurusan dengan para (pasien) gay sejak tahun 1997.
Beliau mengatakan bahwa pasiennya tidak pernah absen dan terus ada tiap hari. Pasien terbanyak yang ditangani beliau adalah yang mengidap HIV. "Yang hidup tinggal beberapa, sih. Barusan suster saya lapor, ada lagi yang meninggal 3 hari lalu, karena kriptokokus meningitis (infeksi jamur di otak)", tulis beliau.
"Cerita tentang gay, semua berakhir TRAGIS...! Belum pernah saya dengar yang berakhir seperti di cerita fairytopia... misalnya berakhir kayak Cinderella..., happily ever after... Kisah para gay berakhir dengan tokso, kripto, TB, pnemonia, kandida, dan diujungnya, mati sendirian tanpa didampingi kaumnya...", lanjut beliau.
Lalu bagaimanakah seseorang bisa menjadi gay? Apakah seseorang itu memang terlahir sebagai gay?
Menurut beliau, berdasarkan pengalaman dari anak-anak yang kena goda "para penyuka anus ini" mereka (gay) makin agresif kalau yang digoda diam atau menunjukkan rasa takut. Tetapi langsung berhenti kalau yang digoda langsung main fisik. Karena itulah beliau mengatakan: "Kalau ada (gay) yang coba-coba menggoda, jangan kasih ampun, langsung pukuli beramai-ramai..!
Dari wawancara beliau dengan pasien-pasien gay, mereka ini tadinya semua pernah mengalami anal seks, sebagian besar secara paksa. Setelahnya mereka akan sangat dijaga dan ditemani oleh kelompok gay. Pergaulannya diganti jadi pergaulan gay, dst.
Maka dari itu beliau mengingatkan: "Bila anak bepergian, jangan ijinkan kalau sendirian...! Usahakan beramai-ramai, supaya nyalinya tidak ciut kalau ada gay yang datangg menggoda. Mereka bisa menawarkan apa saja, bisa uang, bisa bujuk rayu, bisa ancaman".
Dari beberapa kasus pasiennya yang paling memprihatinkan adalah tentang dua orang kakak-adik yang sejak kecil dikasih satu kamar dan satu ranjang oleh emak bapaknya. "Pas gede, tau-tau yang kakak kena kripto. Kemudian dicek positif HIV, ditanya pasangannya siapa, dia bilang adiknya. Pas adiknya dicek, positif juga HIV. Kedua-keduanya sudah meninggal, dalam satu ruang rawat yang sama. Ayahnya sampai anak-anak itu dikubur pun tidak pernah mau datang melihat", tulisnya.
Dari tulisan tersebut diharapkan agar orang tua lebih berhati-hati lagi menjaga anak laki-lakinya. "DULU TAKUT MENJAGA ANAK PREMPUAN.., TAPI SEKARANG LEBIH TAKUT LAGI MENJAGA ANAK LAKI-LAKI..."
Hal tersebut bukan tanpa alasan. Mengingat para PREDATOR seks gay berkeliaran dimana-mana mengintai mangsanya dan siap menerkam kapan saja. Mereka adalah korban yang kemudian menularkannya ke siapa saja yang mereka dapat tularkan.
Dan akibatnya adalah keterikatan dan timbulnya berbagai penyakit psikis maupun fisik seperti tokso, kripto, TB, pnemonia, kandida, dsb.
Mari kita awasi anak-anak kita lebih seksama, dari pergaulan, bacaan-bacaan dan hal-hal lain. Jika ada kejanggalan-kejanggalan agar secepatnya diusut hingga semuanya tuntas dan terang-benderang sehingga anak-anak kita terluput dari bahaya LGBT. Selamat hari Anak Nasional! Jayalah Anak Indonesia...
(RS)
Terimakasih, disarikan dari tulisan dr.Ani Hasibuan, yang beliau sarankan untuk dibagikan. Semoga informasi ini dapat menginspirasi para ortu yang awam tentang LGBT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H