Beberapa media massa online mainstream seperti Tribun Jabar, CNN Indonesia, Tempo.co, Bola.net, dsb, memberitakan bahwa akan ada Aksi Bela Salah di depan Kedubes Spanyol di Jakarta.
Hal tersebut dikuatkan dengan beredarnya sebuah undangan di jagat maya dengan judul: "Seruan Aksi : Indonesia Bela Salah". Di bagian bawah undangan tersebut tertulis Mohammad Dendi Budiman sebagai narahubung, lengkap dengan nomor telepon selulernya.
Undangan tersebut menyerukan secara serentak untuk melakukan Aksi Indonesia Bela Salah, atas dasar kemanusiaan dan pembelaan terhadap sesama umat yang teraniaya, yang akan diadakan pada hari Kamis, 31 Mei 2018, pukul 15.30 sampai dengan selesai, bertempat di depan Kedubes Spanyol, dengan isi tuntutan:
- Adili Sergio Ramos
- Cabut gelar Liga Champion Real Madrid.
Berikut screenshoot undangan tersebut yang diambil dari Facebook:
"Sebab kan ini bicara soal sepak bola dan ada saudara kami sesama muslim yang sedang teraniaya ya. Sebenarnya kami ingin menggelar aksi damai. Iya, aksi damai," kata Dendi kepada CNNIndonesia.com pada Selasa (29/5). Dan diperkirakan bakal ada sekitar 500 orang yang akan berpartisipasi dalam aksi ini.
Pertanyaannya adalah: Ini aksi benaran atau hanya lucu-lucuan?Â
Mengapa saya sebut demikian, kita tahu kan bahwa sepakbola itu memiliki resiko yang sangat tinggi untuk cidera. Untuk itu seorang pemain harus mempersiapkan dirinya untuk hal terburuk dalam sebuah pertandingan, seperti patah kaki atau bahkan ada yang sampai meninggal dunia.
Kemudian terlepas dari kerasnya pelanggaran yang dilakukan Sergio Ramos terhadap Mo Salah dan kurang jelinya wasit melihat momen pelanggaran tersebut, tetapi pada dasarnya sepakbola itu sendiri tetap menjunjung tinggi sportifitas dengan motto: "my game is fair play".
Lalu apakah Aksi Indonesia Bela Salah ini atas sepengetahuan dan seizin Mo Salah? Jangan-jangan nanti kita pikir untuk bela Salah tetapi tak tahunya justru membuat Salah merasa terganggu dengan tindakan tak sportif seperti ini.
Apakah Negara Mesir negerinya Mo Salah juga melakukan aksi yang sama? Kalau kita melakukan sedangkan negaranya sendiri tidak, ini kan aneh namanya. Sedangkan jika semisal Mesir saja melakukannya, saya pikir negara kita tak perlu ikut-ikutan. Cukuplah kita mengurusi sepakbola kita sendiri.
Apakah Liverpool dan fans-nya di Inggris dan Eropa juga melakukan aksi yang sama? Jika tidak, fans di negara kita koq kreatif betul ya? Pantasan tak maju-maju, rupanya lebih sibuk mengurusi negara maju daripada negaranya sendiri.
Yang terakhir, apakah semudah itu mencabut sebuah gelar Liga Champion dari Real Madrid? Lagian kita siapa koq bisa-bisanya mencampuri gelar Liga Champion UEFA? Ngurusin gelar Liga Champion Asia saja tak becus. Lagian jelas salah alamat. Harusnya kalau mencabut gelar Liga Champion Eropa, pergi ke Swiss, jangan ke Kedubes Spanyol.
Jadi saya pikir ini hanya lucu-lucuan dan sama sekali tidak mutu. Lebih baik tidur saja daripada buang-buang tenaga dengan percuma.
Salam olahraga...!
(RS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H