Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kekecewaan Tidak Hanya di Liverpool, Mesir Jauh Lebih Marah

27 Mei 2018   09:14 Diperbarui: 27 Mei 2018   12:12 1387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dok : Tribun Pekanbaru-Tribunnews.com)

Final Liga Champion telah berakhir dini hari tadi (Minggu, 27/5/2018) dan laga tersebut kembali dimenangkan untuk ketiga kalinya secara berturut-turut oleh Real Madrid. 

Secara keseluruhan ini adalah gelar Real Madrid yang ke-13, sedangkan bagi Liverpool ini adalah kegagalan yang ke-3 di partai final. Dan baru 5 kali menjadi juara dari total 8 kali keikutsertaannya di partai puncak.

Pertandingan yang dihelat di stadion NSC Olimpiyskiy kota Kiev ini disaksikan sekitar 61.561 penonton dan berakhir dengan skor 3-1 untuk kemenangan Real Madrid. Gol masing-masing tercipta pada menit 51 oleh Benzema, Sadio Mane (55') dan Gareth Bale (64' dan 83').

Tentu saja kekalahan ini membuat Liverpool kecewa dan marah besar. Dan Mesir juga menyatakan jauh lebih marah. 

Mengapa Liverpool kecewa dan marah? Tak terimakah mereka kekalahan ini? Kepada siapakah mereka marah? Dan mengapa Mesir juga ikut-ikutan marah?

Jauh hari sebelum partai final digelar, banyak yang menjagokan Liverpool dan menaruh harapan besar kepada pemain bintang mereka Mohamed Salah karena penampilannya yang sangat cemerlang selama babak penyisihan hingga semifinal.

Banyak yang memprediksikan tahun ini Liverpool akan merebut gelar juara untuk ke-6 kalinya dan Real Madrid akan nir gelar musim ini. Tetapi semuanya tidak terjadi sesuai harapan. Justru sebaliknya. Liverpool nir gelar dan Real Madrid perkasa dengan decimotercera.

Liverpool kecewa dan marah kepada dua orang sekaligus. Kepada pemain Madrid, juga kepada pemainnya sendiri. Yang pertama adalah kepada bek Real Madrid, Sergio Ramos. Ramos memaksa Mohamed Salah harus keluar pada menit ke-31.

Dalam gerakan lambat terlihat dengan jelas bagaimana Sergio Ramos dengan sengaja menjepit tangan Salah dengan ketiaknya lalu menyeretnya. Dan mereka berdua sama-sama jatuh. Tetapi fatalnya, berat badan Ramos menindis badan Salah.

Dan Salah pun mengalami cedera punggung yang serius. Harus keluar dan digantikan oleh Adam Lallana yang bukan pemain kunci. Anehnya wasit tidak memberikan hukuman kartu kepada Ramos.

Dan Liverpool pun bersama fans-nya mengumpat Ramos atas perbuatan curangnya itu. Karena mereka harus kehilangan pemain tumpuan mereka dengan "cara kotor".

Tetapi bagi Madrid dan fans-nya, Ramos adalah pahlawan. Pahlawan yang telah berhasil "membunuh" panglima perang Liverpool di babak awal. Dan kekuatiran pun jauh berkurang dimenit-menit berikutnya hingga peluit akhir. Ramos sukses besar. Salah gagal besar.

Kekecewaan dan kemarahan yang mendalam juga dialamatkan kepada Loris Karius, kiper mereka. Dua blunder terburuk sepanjang masa telah dilakukannya. Sangat memalukan dan sangat jauh dari kata profesional.

Gol Benzema pada menit ke-51 sama sekali tidak perlu terjadi kalau saja Loris tidak "dengan sengaja" melemparkan bola ke kaki Benzema di kotak pinalti. Dan ini adalah blunder terburuk sepanjang final Liga Champion. Pasti tidak akan ada lagi setelah itu.

Bagi Benzema ini adalah gol bonus yang tidak pernah dibayangkannya sebelumnya. Ia hanya pura-pura berusaha menghalangi dan memasangkan kakinya. Kiper sekelas Loris tidak mungkin melakukan kecerobohan seperti itu. Nyatanya Loris melakukannya dengan sempurna.

Di menit ke-83 juga Loris melakukan kesalahan yang tidak perlu. Tendangan Bale dari luar kotak pinalti sempat di tangkapnya. Tetapi tangkapnya tidak profesional. Tidak terkunci dengan sempurna dan akhirnya lepas menjadi gol yang ke-3 bagi Madrid.

Hubungannya dengan kemarahan warga negara Mesir? Tentu saja mereka marah besar karena pemain bintang mereka Mohamed Salah cidera serius. Jika Mohamed Salah benar-benar tidak bisa main di Piala Dunia Rusia 2018, tentulah ini sebuah kerugian besar bagi mereka.

Mereka akan mengumpat Ramos dan juga Madrid. Mungkin fans Madrid di Mesir akan berpindah ke lain hati. Semuanya hanya karena perlakuan Ramos kepada Salah.

Tetapi itulah sepakbola dengan segala keunikannya dengan filosofi "bola bundar". Ada yang kecewa dan ada yang puas. Ada yang menangis dan ada yang tertawa. Ada yang menang dan ada yang kalah. Ada yang memaki dan ada yang memuji.

Pembelajaran bagi kita adalah jangan memutlakkan sesuatu. Itu tidak ada dalam kamus sepakbola. Karena Liverpool dianggap memiliki skuad terbaik musim ini bukan berarti mereka harus mutlak menang.

Tentang Mohamed Salah yang diagungkan banyak penggemar? Bisa saja ini menjadi hari buruk baginya setelah dielu-elukan dan disanjung sedikit agak "lebay". Gagal di final Liga Champion bersama Liverpool, bisa saja juga gagal menjadi bintang bersinar di Piala Dunia Rusia 2018 bersama Mesir.

Tidak ada yang abadi....

(RS)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun