Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Apel dan Pantat

24 Mei 2018   16:59 Diperbarui: 18 Agustus 2018   21:51 1342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika pertama kali mendengar cerita ini, aku ngakak sambil guling-guling tak karuan. Aku membayangkan bahwa tokoh utama dalam cerita ini seakan-akan nyata di depan mata, yang secara bersama-sama melakukan aktivitas setiap hari di sekolah.

Nah, begini ceritanya yang sudah aku modifikasi tanpa menghilangkan nilai humor aslinya:

Ada seorang bu guru yang sangat cantik, lembut nan ayu dan masih gadis, ditempatkan sebagai guru disebuah Sekolah Dasar. Setelah melapor kepada Kepala Sekolah perihal SK penempatannya, Kepala Sekolah menempatkannya menjadi guru kelas satu. 

"Selamat datang, Bu. Selamat bergabung di sekolah ini, semoga ibu betah dan dapat bekerja sama mendidik anak-anak murid kita disekolah ini. Saya menugaskan ibu sebagai guru kelas satu, dan silahkan mengajar sekarang. Apa saja kendala yang ibu hadapi di kelas, silahkan laporkan kepada saya agar kita carikan solusinya secara bersama-sama" kata Kepala Sekolah dengan ramah.

Dan setelah bersalaman, ibu guru yang cantik, lembut nan ayu ini pun pergi ke kelas yang dimaksud dengan tidak lupa membawa segala peralatan mengajar.

Setelah tiba di kelas, memperkenalkan diri dengan panjang lebar, anak muridnya pun memberikan respon dengan penuh semangat. Mungkin karena selain cantik, lembut nan ayu, ibu guru baru ini pun suaranya manja dan enak di dengar, gitu.

"Anak-anak, hari ini kita belajar menggambar. Silahkan keluarkan pensil, crayon dan buku gambarnya. Semua membawa alat gambarnya, kan?", tanya Bu guru. "Iya, Bu. Semua, Bu", sahut anak-anak serempak.

Ibu guru tersebut pun dengan niat baik menggambar sebuah apel di papan tulis sebagai contoh untuk diikuti anak-anak. "Coba perhatikan ke depan, gambar apa ini anak-anak?", kata bu guru sambil menunjuk ke gambar di papan tulis. "Gambar pantat, Bu...!", jawab anak-anak serempak.

Mendengar jawaban anak-anak tersebut, bu guru baru ini langsung kaget dan menangis, dan langsung keluar menuju ke ruangan guru untuk menenangkan diri.

Melihat kejadian tersebut, Kepala Sekolah bertanya: "Ada apa bu, anak-anak nakal, ya?" Kepala Sekolah pun bergegas menuju ruangan kelas satu. Seperti pahlawan kesiangan di film India yang tidak mengetahui duduk perkara yang sebenarnya. Dan ibu guru baru tersebut pun ikut dari belakang.

Sesampainya di dalam kelas Kepala Sekolah langsung marah-marah. "Kurang ajar kalian ya, berani-beraninya membuat bu guru kalian menangis", bentak Kepala Sekolah. 

Mendengar kata-kata Kepala Sekolah tersebut anak-anak pun bingung dan saling berpandangan karena tidak tahu pasal.

"Nah...!", kata Kepala Sekolah sambil menunjuk gambar di papan tulis, "Berani-beraninya kalian menggambar pantat di papan tulis, siapa yang menggambar ini?", tanya Kepala Sekolah. Anak-anak pun semua dengan kompak menoleh ke Bu guru baru.

Mendengar kata-kata Kepala Sekolah, bu guru baru itu pun baru sadar, ternyata bukan hanya anak-anak yang melihat gambar tersebut sebagai gambar pantat tetapi Kepala Sekolahnya juga. Menyadari hal tersebut, Bu guru baru itu pun langsung pingsan seketika.

(RS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun