Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[Humor] Preman Medan-Siantar

11 Mei 2018   17:45 Diperbarui: 11 Mei 2018   18:01 2235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Ilustrasi : filmesegames.com.br)

Setelah lelah berkelahi hampir tiap hari, siang dan malam selama 10 tahun lebih dan tidak pernah kalah satu kalipun, seorang Preman Medan-Siantar pergi liburan ke Jakarta untuk melenturkan otot dan otaknya yang tegang.

Penampilannya sangat seram. Badannya tegap dan kekar, penuh tato dan baret-baret bekas kena bacok kelewang. Rambutnya yang panjang tak terurus dan kumisnya yang lebat dua kebat, membuat siapa saja bakal ciut nyalinya jika berhadapan dengan preman yang satu ini.

Setibanya di terminal Pulo Gadung, dia langsung membuka bajunya karena merasa gerah, lalu turun dari Bis ALS Non-AC jurusan Medan-Jakarta. Dan seketika tampaklah semua tato dan baret-baretnya yang sangat menyeramkan memenuhi seluruh badannya.

Baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba turun hujan lebat. Dia mengeluarkan sebuah payung dari dalam tasnya. Sambil menunggu hujan reda, timbul niatnya untuk singgah di salah satu kedai tuak yang terkenal angker karena penuh dengan preman-preman kelas atas yang tahan tikam dan kebal peluru. 

Setelah meletakkan payungnya di teras kedai, dia masuk lalu mengangkat sebuah kursi panjang dengan sebelah tangannya lalu menghempaskan badannya di atas kursi tersebut untuk melepaskan lelah. 

Dengan suara menggelegar, dia memesan tuak. "Pelayan, aku minta 1 teko tuak nomor satu. Cepat, jangan pake lama, jangan sampai aku ngamuk!", Bentuknya. Sesaat setelah pesanannya datang, ia merogoh tas pinggangnya dan mengeluarkan 1 botol kecil baygon dan menuangkan semua isinya ke dalam teko berisi tuak tersebut.

Preman-preman di sekelilingnya heran dan berdecak kagum melihat tingkah anehnya, "Minum tuak campur baygon tapi tidak mati ", pikir mereka. (Padahal isi botol baygon itu cuma air putih).

Sesaat kemudian setelah hujan reda dia bermaksud untuk pulang. Tiba-tiba dia marah, "Dimana tadi payung aku dari sini? Siapa yang berani mengambil payung aku, berani kali kalian mencuri payung preman Medan-Siantar, ya?", katanya dengan suara lantang. 

"Aku hitung sampai 5, kalau tidak dikembalikan, aku akan buat seperti kejadian yang aku buat di Siantar itu, biar tau rasa kalian", sambungnya.

Semua orang saling perpandangan dan ketakutan. Tiba-tiba seorang preman yang badanya kecil dengan menunduk cepat-cepat mengembalikan payungnya dan berkata: "Maaf bang, tadi aku pinjam sebentar, aku pikir tadi bukan payung abang. Ini bang", katanya ketakutan.

"Sini..., berani-beraninya kau mengambil payung preman tanpa permisi! Kutusuk kau nanti 10 liang!" katanya geram. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun