Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

[Renungan Hidup] Dulu, Sekarang dan Masa yang Akan Datang

9 Mei 2018   05:56 Diperbarui: 9 Mei 2018   07:22 1795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[Untuk kalangan sendiri]

Kita hidup pada masa sekarang (present) dan telah melewati masa lalu (past) dan selalu berharap masa yang akan datang (future) akan lebih baik.

 Kitasering berkata: "kehidupan sekarang sangat sulit, lebih enak dulu. Semoga hari ini cepat berlalu dan semoga masa yang akan datang lebih baik".

Tetapi kenyataannya? hari berganti, bulan berlalu dan tahun yang baru tiba, kita selalu mengatakan bahwa masa lalu selalu lebih enak.

Teknologi terus berkembang. Yang sudah bagus selalu kurang bagus. Yang cepat selalu kurang cepat. Yang mudah selalu kurang mudah. Manusia tidak pernah puas dan selalu berusaha mencari kepuasan.

Kepuasan menjadi semu ketika kepuasan tidak lagi mempunyai standar. Kekayaan tidak lagi mempunyai limit sementara kemiskinan sudah mencapai titik nadir.

Manusia menjadi egois, tamak dan hanya memikirkan dirinya sendiri. Kasih terhadap sesama semakin dingin. 

Saya dan hanya saya yang penting, orang lain bukan "orang", mereka bisa di"mangsa" jika hal tersebut memang diperlukan. Jadilah manusia memakan manusia.

Teringat aku akan 2 Timotius 3 : 1-5 yang berkata:

(Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar)

Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, 

tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik,suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah.

(Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!)

Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."

Selamat pagi, TUHAN memberkati!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun