Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Reaksi Racun Kalajengking Jokowi pada Otak Reptil Oposan

7 Mei 2018   08:41 Diperbarui: 2 Oktober 2018   20:06 1358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kalau orang sudah anjlok elektabilitasnya dan hilang kehormatannya, ya seperti itu. Memang sudah nggak pantas lagi jadi presiden," klaim Waketum Gerindra Ferry Juliantono kepada wartawan, Kamis (3/5/2018).

Mengapa over reaksi seperti itu bisa timbul dari isi pidato sang presiden? 

Menurut Arthur F Carmazzi dalam bukunya "Kecerdasan Identitas", over reaksi atau reaksi berlebihan terhadap seseorang atau sesuatu mungkin diakibatkan oleh 2 hal:

  1. Pihak yang menganggapi menggunakan otak reptil (otak limbik, bagian terendah dalam otak manusia) dalam merespon informasi.
  2. Pihak yang menanggapi menumpuk kebencian dan dendam hingga suatu saat meletus seperti gunung berapi.

Bagian paling bawah dari otak mnusia disebut "otak reptil", selalu bereaksi negatif terhadap alam sekitar (rules of angagement=aturan perang). Seperti ular (reptil), apabila mendengar suara disekitarnya langsung siaga dalam posisi menyerang. Sikap seperti itu sering digunakan orang stres dan mudah tersinggung.

Salah satu ciri ketidak dewasaan termasuk dalam berpolitik adalah sikap yang "sangat mudah bereaksi negatif". Dalam keadaan seperti ini, otak yang digunakan adalah "otak reptil" bagian terendah dari 3 bagian otak manusia. 

Seperti seekor ular yang penglihatannya tidak jelas hanya mengandalkan pendengarannya yang tajam ketika mendengar suara mencurigakan langsung memasang posisi "siap perang" (rule of engagement)

Pernahkah Anda menjelaskan sesuatu kepada seseorang dengan cara yang "menurut" Anda sudah yang paling baik sehingga Anda sudah sangat yakin bahwa orang tersebut PASTI memahaminya?

Tetapi ternyata orang tersebut SAMA SEKALI TIDAK MENGERTI MAKSUD ANDA? lalu anda berpikir "orang ini bodoh sekali!" sebaliknya orang tersebut berpikir bahwa Anda sama sekali tidak tahu berkomunikasi dengan benar. Mungkin masalahnya adalah karena orang tersebut menanggapi Anda dengan otak reptil.

(RS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun