Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelakor dan Diskriminasi Gender

24 Februari 2018   22:58 Diperbarui: 24 Februari 2018   23:29 1519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama sekali mendengar kata "pelakor" di tv, saya pikir kata ini adalah bahasa melayu-Malaysia yang artinya sama dengan pelancong atau pelakon atau pelesir atau mungkin pelacur?

Tak lama kemudian istilah ini langsung heboh dan viral di media sosial dan menjadi topik utama pada acara infoteimen di tv swasta. Lengkap dengan kasus-kasus yang terjadi dibeberapa daerah dan kota besar di Indonesia. 

Ternyata pelakor adalah sebuah sebutan negatif terhadap seorang "wanita" yang suka merebut suami orang. Sebuah singkatan "gaul" dari "perebut laki orang".

Istilah ini antara di benci dan dirindukan. Dibenci karena dianggap tidak senonoh, tidak beradab, tidak terpuji, tercela, hina dan melanggar semua norma: norma sosial, norma adat, norma hukum norma agama dan norma apa saja. 

Tetapi pelakor juga dirindukan oleh orang-orang "kepo" dan bengis. Tidak sedikit ingin melihat pelakor ditangkap, kemudian ditelanjangi lalu diarak ramai-ramai keliling kampung lalu dihakimi, dicaci-maki, dihujat, dibuli, dan bila perlu dibakar hidup-hidup.

Setelah yang satu mati kemudian mereka mencari pelakor lain, kemudian ditelanjangi lalu diarak ramai-ramai keliling kampung lalu dihakimi, dicaci-maki, dihujat, dibuli, dan bila perlu kembali dibakar hidup-hidup.

Kemudian mereka mencari lagi pelakor lain. Dan jika mereka tidak menemukan lagi karena semuanya sudah punah, gosong menjadi abu putih, maka mereka membayar wanita lain lalu mengguyurnya dengan uang, direkam dan disiarkan secara langsung di media sosial menjadi sebuah tontonan yang sangat menarik di jagat maya. 

Kemudian ditelanjangi lalu diarak ramai-ramai keliling kampung lalu dihakimi, dicaci-maki, dihujat, dibuli, dan bila perlu kembali dibakar hidup-hidup.

Pertanyaannya adalah, laki-lakinya dimana? Benda matikah dia? Istimewakah dia sehingga tidak ikut diseret dan diarak keliling kampung? Digodakah dia atau penggoda? Korbankah dia atau pengorban? Di bawah umurkah dia sehingga dilindungi?

Saya jadi teringat pada sebuah kisah dalam Kitab Injil Yohanes. Pagi-pagi benar tatkala Yesus sedang berada di Bait Suci dan mengajar semua rakyat yang datang kepadanya, tiba-tiba ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah.  Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: 

"Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun