Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sisingamangaraja XII (Arti Sebuah Pengorbanan Ayah kepada Putrinya)

16 Februari 2018   17:30 Diperbarui: 16 Februari 2018   17:41 2037
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok : Batakan.id
Dok : Batakan.id
Suatu ketika terjadi perang sengit di Aek Sibulbulon Desa si Onom Hudon. Raja SISINGAMANGARAJA XII bersama 2 putranya Patuan Nagari dan Patuan Anggi dan putrinya Lopian Nauli, terlibat langsung menghadapi serdadu Belanda.

Belanda telah mengumpulkan segala strategi, mempelajari medan tempur dan waktu yang tepat untuk menyerbu. Dan yang menjadi akhir dari perang Batak. Mereka berempat, SISINGAMANGARAJA XII dua putranya Patuan Anggi dan Patuan Nagari serta satu orang putrinya Lopian Nauli, semuanya gugur dalam peristiwa itu.

"Ketika Raja SISINGAMANGARAJA melihat putrinya Lopian Nauli terkena peluru dan bersimbah darah, beliau menangis dan hatinya sangat pilu, beliau tau bahwa beliau berpantang darah. Tetapi cinta dan kasih sayangnya kepada putrinya membuat beliau mengabaikan itu semua. Beliau tau apa yang bakal terjadi apabila beliau melanggar pantangan tersebut.

Tetapi cintanya terhadap putrinya, darah dagingnya sendiri memaksa beliau turun dari kudanya, memeluk putrinya yang bersimbah darah, berusaha menyelamatkannya dan berharap putrinya tetap bisa bertahan hidup.

Pada saat itulah tentara Belanda melepaskan tembakan tepat mengenai Raja SISINGAMANGARAJA XII yang terkena darah putrinya. Dan perlu pun menembus tubuhnya. Beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir."

Semuanya karena cinta. Cinta terhadap tanah airnya. Cinta terhadap putrinya Lopian Nauli. Cinta terhadap rakyatnya dan cinta terhadap keluarganya, membuat beliau mengorbankan dirinya, mengabaikan hidupnya dan kemudian gugur sebagai pahlawan bangsa.

Pancur-Lingga Utara, 16/05/2017

*Mohon koreksi jika ada kesalahan atau perbedaan dengan versi sejarah yang sebenarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun