Belanda telah mengumpulkan segala strategi, mempelajari medan tempur dan waktu yang tepat untuk menyerbu. Dan yang menjadi akhir dari perang Batak. Mereka berempat, SISINGAMANGARAJA XII dua putranya Patuan Anggi dan Patuan Nagari serta satu orang putrinya Lopian Nauli, semuanya gugur dalam peristiwa itu.
"Ketika Raja SISINGAMANGARAJA melihat putrinya Lopian Nauli terkena peluru dan bersimbah darah, beliau menangis dan hatinya sangat pilu, beliau tau bahwa beliau berpantang darah. Tetapi cinta dan kasih sayangnya kepada putrinya membuat beliau mengabaikan itu semua. Beliau tau apa yang bakal terjadi apabila beliau melanggar pantangan tersebut.
Tetapi cintanya terhadap putrinya, darah dagingnya sendiri memaksa beliau turun dari kudanya, memeluk putrinya yang bersimbah darah, berusaha menyelamatkannya dan berharap putrinya tetap bisa bertahan hidup.
Pada saat itulah tentara Belanda melepaskan tembakan tepat mengenai Raja SISINGAMANGARAJA XII yang terkena darah putrinya. Dan perlu pun menembus tubuhnya. Beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir."
Semuanya karena cinta. Cinta terhadap tanah airnya. Cinta terhadap putrinya Lopian Nauli. Cinta terhadap rakyatnya dan cinta terhadap keluarganya, membuat beliau mengorbankan dirinya, mengabaikan hidupnya dan kemudian gugur sebagai pahlawan bangsa.
Pancur-Lingga Utara, 16/05/2017
*Mohon koreksi jika ada kesalahan atau perbedaan dengan versi sejarah yang sebenarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H