Era reformasi dimulai setelah runtuhnya masa kejayaan orde baru. Berakhirnya rezim orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan disebabkan adanya "tekanan" dari segala penjuru, memaksa otokrat yang berkuasa selama 32 tahun lebih, dari Presiden Soeharto kepada wakilnya BJ Habibie.
Jebolnya benteng pertahanan berlapis orde baru tak lepas dari "serangan" bertubi-tubi dari mahasiswa yang secara simultan berjuang dan bersatu dari seantero Indonesia. Mereka dengan gencarnya terus menyuarakan perubahan dan pembaharuan terhadap situasi politik dan keadaan perekonomian negara yang porak-poranda.
Hal ini dilatarbelakangi oleh krisis multidimensi yang melanda Indonesia yang diawali dari krisis moneter global 1997 dan berimbas kepada krisis kepercayaan terhadap pemerintah. Pemerintah dianggap telah gagal meletakkan fundamen perekonomian yang kokoh.
Sebenarnya ada 6 agenda utama reformasi yang dituntut oleh mahasiswa, dan langkah pertama yang paling utama adalah menurunkan Soeharto dari kursi kepresidenan yang dianggap telah menghancurkan perekonomian Indonesia melalui praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) di pemerintahan dan di antara kroninya.
Soeharto juga dianggap telah memerintah secara otoriter dan mematikan semangat demokrasi. Mengekang kebebasan mengeluarkan pendapat, mencabut izin media yang dianggap berseberangan, dan menangkap serta menculik politisi dan aktivis yang bersuara lantang mengkritisi pemerintah.
Adapun ke-6 agenda utama yang diteriakkan mahasiswa adalah :
- Suksesi kepemimpinan nasional
- Amandemen UUD 1945
- Berantas KKN
- Hapuskan dwifungsi ABRI
- Tegakkan supermasi hukum
- Laksanakan Otonomi daerah.
Mahasiswa pun mengadakan demonstrasi besar-besaran secara serempak di seluruh Indonesia. Tanggal yang ditetapkan adalah 19-21 Mei 1998 dan puncaknya dipilih tanggal 20 Mei 1998, bertepatan dengan hari Kebangkitan Nasional.Â
Itulah akhir dari rezim orde baru yang "zolim" sekaligus awal dari era reformasi yang penuh harapan. Indonesia memasuki babak baru dan kebebasan baru. "Euforia" reformasi bergema dimana-mana dan era kebebasan atas nama demokrasi pun dimulai.Â
Tahanan politik atau napol yang dijebloskan ke penjara karena dianggap terlalu vokal menentang pemerintah dibebaskan. Mereka dipuja bagikan dewa dan mereka kerap menjadi pembicara pada seminar atau kegiatan bertema reformasi.Â
Mahasiswa dan aktivis yang diculik dan mengalami penyiksaan dicari. Yang masih hidup dibebaskan dan yang masih hilang dicari dan ditelusuri jejaknya. Ada yang beranggapan kisah ini belum tuntas hingga hari ini.