Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hubungan yang "Kaku" antara Ayah dan Anak Laki-lakinya dalam Suku Batak

2 Februari 2018   10:11 Diperbarui: 2 Februari 2018   11:18 2899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika sang anak memutuskan untuk pergi "merantau" ke negeri orang untuk menghindari hubungan yang lebih buruk sekaligus untuk mengubah nasib, apakah sang ayah senang karena kehilangan musuh?

Tentu saja tidak. Sang ayah akan pergi ke tempat yang tidak dilihat orang lain. Disana sang ayah akan menangis sejadi-jadinya menyesali "kejahatannya". Sang ayah sebenarnya mau saja mencegah niat anaknya untuk pergi merantau. Tetapi lagi-lagi untuk mengutarakan itu harga diri sang ayah terlalu mahal.

Ketika anak-anak laki-lakinya sudah pergi, yakinlah; untuk minggu pertama sampai 3 bulan berikutnya, sang ayah tidak bisa tidur dan tak selera makan. Dan di tempat sepi sang ayah tak akan berhenti menangis dan merenung. Demikian untuk waktu yang lama sampai kemudian ada berita bahwa anak laki-lakinya akan pulang.

Dan ketika anak laki-lakinya akan pulang dari perantauan tahukah Anda apa yang akan dilakukan sang ayah kepada anaknya? Mendengar kabar anak laki-lakinya akan pulang, sang ayah senang luar biasa lalu menceritakannya ke semua orang bahwa anaknya akan pulang. Sama seperti masa ketika anak laki-lakinya akan lahir.

Dan ketika anaknya tiba, apakah kira-kira yang akan dilakukan sang ayah kepada anaknya? Apakah sang ayah kembali akan marah-marah?

Sang ayah akan memeluk anak laki-lakinya, menciumnya dan menangis tak peduli rasa malu. Tidak ada lagi ego laki-laki disana. Sang ayah akan merangkul anaknya dan bercerita tentang apa saja yang ada di hatinya.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun