Koran itu harus berdiri di atas semua golongan, oleh karena itu harus bersifat umum, didasarkan pada kenyataan kemajemukan Indonesia, harus menjadi cermin realitas Indonesia, mengatasi suku, agama, ras, dan latar belakang lainnya.
"Dia harus mencerminkan miniaturnya Indonesia," kata Jakob.
Mulanya, nama yang dipilih andalah "Bentara Rakyat". Artinya, koran itu memang dimaksudkan untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia rakyat. Motonya pun dipilih "Amanat Penderitaan Rakyat". Koran itu bukan koran partai, melainkan sarana untuk kemajuan Indonesia yang berpijak pada kemajemukannya.
Saat Frans Seda bertemu Bung Karno, Si Bung Besar tidak setuju dengan nama "Bentara Rakyat". Bung Karno berkata, "Aku akan memberi nama yang lebih bagus..."Kompas"! Tahu toh, apa itu kompas? Pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan dan hutan rimba!".
Jadilah nama pemberian Bung Karno itu digunakan sebagai nama koran hingga sekarang.
Itulah nama besar "Proklamator Negara Republik Indonesia", Presiden Soekarno yang memberikan nama Kompas yang mungkin tidak banyak diketahui orang hingga hari ini.
Untuk lebih jelas dan lengkap tentang isi buku ini, bagaimana latar belakang sejarah bapak Jakob Oetama dari kecil hingga bertemu dengan bapak PK Ojong, mendirikan majalah intisari dan Kompas bahkan kemudian setelah 15 tahun kebersamaannya dengan Ojong membangun Kompas, Ojong meninggal mendadak dalam tidurnya tahun 1980 dan sebagainya, rekomendasi saya: "Beli dan milikilah buku 'Jakob Oetama 85th The Legacy".
Sebagai kata penutup, saya mengutip quote dari bapak Jakob Oetama tentang Kompas, sebagai berikut:
Kompas adalah lingkungan komunitas, lingkungan kecil, masyarakat kekeluargaan. Kita di sini menjunjung tinggi dan mengamalkan martabat manusia, aspirasinya yang hakiki. Kita adalah penunjang persamaan manusia. Itulah sebabnya, di sini tidak ada perbedaan yang disebabkan oleh masalah suku bangsa, keturunan, agama, latar belakang sosial, dan sebagainya.
( Jakob Oetama)
Salam Providentia Dei, itulah penyelenggaraanAllah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H