Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan featured

Satire dan Sarkasme

26 Januari 2018   17:07 Diperbarui: 15 Juni 2020   10:05 42933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Satire dan sarkasme (Sumber: Pixabay)

Jika Anda sedang berbincang-bincang dengan seorang "satire", berhati-hatilah. Perhatikan semua ucapannya dengan seksama dan jangan sekalipun Anda mengabaikan jeda yang memang sengaja dia ciptakan sendiri untuk membuat Anda lalai. 

Anda tidak tau kapan dia serius atau bercanda. Anda mengetahui dia seorang satir setelah Anda mendengar ceritanya secara lengkap dari awal, pertengahan hingga akhirnya.

Jika Anda membaca sebuah tulisan satire, bacalah dengan seksama dari awal sampai akhir. Jangan sekali-sekali hanya membaca bagian awal dan akhirnya saja lalu berkomentar sambil marah-marah. Padahal mungkin sebenarnya kalian berdua sependapat. Hanya saja tulisannya terlalu halus untuk dimengerti.

Sangat berbeda dengan seorang "sarkas", sekalipun tujuannya sama-sama menyindir tetapi caranya berbeda 90 derajat. Orang satir menyindir secara halus dan penuh kebijaksanaan sedangkan orang sarkas lebih cenderung blak-blakan.

Satire adalah komedi kebijaksanaan sekaligus kebodohan yang ditampilkan sebagai kelucuan. Tentu saja tujuannya untuk menyindir atau lebih kasarnya, mengejek.

Satire adalah gaya bahasa yang digunakan dalam kesusastraan untuk menyatakan sindiran kepada seseorang atau suatu keadaan. Satire dapat disampaikan lewat bait-bait dalam puisi, lewat prosa bahkan lewat seni lukis, seni musik atau tarian.

Satire disampaikan seorang bijaksana kepada orang bijaksana lainnya. Orang bodoh terlalu sulit untuk mengetahuinya. Baginya terlalu rumit mengerti kata-kata yang bergaya bahasa minimalis tetapi penuh makna.

Sangat berbeda halnya dengan sarkasme. Sarkasme adalah kata-kata pedas untuk menyakiti hati orang lain. Sebuah cemoohan atau ejekan kasar untuk menyatakan ketidaksenangan dengan seseorang atau kelompok tertentu pada situasi tertentu.

Sarkasme disampaikan orang bodoh kepada orang bodoh lainnya. Kata-kata kasar penuh emosi dan kebencian jelas tergambar disana. Tidak ada kearifan atau kebijaksanaan sedikitpun terbesit dalam sarkasme. Akal sehatnya hilang dan "otak Limbik" atau "otak reptil"nya pun keluar siap untuk menyerang.

Di era "media sosial" sekarang ini, kita dapat melihat sangat banyak tulisan, komentar, atau konten lain yang sarkas tetapi sangat sedikit yang satire. Sarkas dibalas sarkas dan otaknya pun semakin mengerdil lalu hilang.

Belajarlah memahami gaya bahasa satire dan belajarlah menggunakannya jika diperlukan untuk menyampaikan sindiran secara halus kepada seseorang atau keadaan tertentu.

Jauhilah sarkasme, itu tidak bijaksana dan dapat membunuh diri sendiri. Otak bisa menjadi tumpul bahkan bisa berubah menjadi otak reptil. Seperti ketika seekor kobra mendengar suara daun-daun gugur berderai, ia langsung memasang posisi perang, menyembur bisanya kemana saja lalu menerkam dan memangsa buaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun