Mulai malam ini sampai 2 hari berikutnya umat Kristiani di seluruh dunia akan merayakan Natal, yaitu memperingati hari Kelahiran Tuhan Yesus Kristus yang dirayakan setiap tanggal 25-26 Desember tiap tahunnya. Tujuh hari berikutnya kemudian dilanjutkan dengan perayaan Tahun Baru.
Bukan rahasia umum lagi bahwa perayaan hari besar agama sering bahkan selalu dihubungkan dengan mempersiapkan berbagai macam makanan, kue-kue dan minuman serta pakaian baru mulai dari baju, celana, sepatu dan aksesoris lainnya yang dianggap perlu sebagai ucapan rasa syukur kepada Tuhan atas penyertaanNya sepanjang tahun.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan semuanya itu walaupun hal tersebut bukan keharusan dan sama sekali tidak diperintahkan dalam kitab suci. Yang menjadi masalah adalah apabila kita "mengidentikkan" perayaan hari besar agama dengan makanan, minuman dan pakaian baru sehingga apabila hal-hal tersebut tidak ada seakan-akan perayaan tersebut menjadi tidak sah.
Tidak sedikit orang tua yang justru kehilangan rasa sukacita dan damai sejahteranya setiap menjelang Natal hanya karena memikirkan biaya dan memaksakan diri untuk membeli keperluan-keperluan tersebut terutama untuk anak-anaknya. Demikian juga Anak-anak, banyak yang merasa sedih karena tidak mendapatkan apa yang dia inginkan sebagai hadiah Natal dari orang tuanya.
Beberapa orang yang mempunyai uang lebih justru ada merayakan Natal dengan kemewahan bahkan dengan pesta pora yang sama sekali jauh melenceng dari makna Natal yang sesungguhnya yaitu berbagi dengan sesama dalam kebersamaan.
Bagaimana cara terbaik merayakan Natal?
Cara terbaik untuk merayakan Natal adalah merayakannya dengan cara yang "tidak populer" pada masa kini tetapi sangat indentik dengan makna Natal yang sesungguhnya, yaitu: "kesederhanaan".
Sekitar 2000 tahun yang lalu, Yesus lahir di Betlehem disebuah kandang domba dan diletakkan dalam sebuah palungan yaitu tempat menaruh minuman ternak karena tidak ada tempat lain yang lebih layak.
Jadi, sungguh sangat ironis apabila umat Kristiani justru merayakan Natal dengan kemewahan atau memaksakan diri untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang dianggap sebagai keharusan tetapi sama sekali bukan.
Mari merayakan Natal dengan cara yang "tidak populer" pada masa kini yaitu merayakannya dengan penuh kesederhanaan.