Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Antara Ayam dan Ayah

7 Desember 2017   23:05 Diperbarui: 19 Januari 2021   22:36 1437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: petualanganzara.com

Ibu saya menjelaskan: "Ayahmu demam, dia tak selera makan, dia tadi berkata supaya saya mengurungnya dan menanyakan apakah kamu mengizinkannya untuk disembelih"

Tanpa berpikir panjang saya marah: "Tidak boleh, lepaskan". 

Ayah saya yang mendengar dari tempat tidur, dengan tertatih bangkit dan berkata dengan senyum damai penuh kebapaan: " Kalau tidak boleh juga tidak apa-apa nak, lepaskanlah!" katanya dengan penuh rasa sayang.

Dan sayapun melepaskannya tanpa merasa bersalah sedikitpun, tanpa mempedulikan penyakit demam ayah saya.

Kisah ini terjadi ketika saya kira-kira kelas 4 SD, dan sekarang usia saya sudah menjelang 40 tahun. Sementara ayah saya telah tiada 8 tahun yang lalu di usianya yang ke-75. Ada penyesalan yang tidak dapat diungkapkan.

Hanya harapan saya, Ayah sudah tenang di surga dan dia tidak lagi menginginkan apapun dari saya selain saya dapat berguna bagi diri sendiri, keluarga dan bagi semua orang.

Selamat jalan ayah, sampai berjumpa di kekelan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun