Malam ini bulan sempat hadir
Berkalungkan pelangi bertatahkan batu yaspis
Warnanya terdispersi oleh gerimis
Indah bagaikan krisolit dan krisopras
menakjubkan bagaikan kaca murni
Yang terbuat dari emas tulen
Lalu mendung menelan dan hujanpun turun
Bulan bersembunyi lalu lenyap
Tidak ada lagi cahaya asa
Gelap gulita dan dingin meliputi bima sakti
Sunyi...
Hanya dentuman titik-titik hujan diatas atap
Menyatu menjadi alunan musik tak berirama
Nadanya tidak sumbang tidak juga naik-turun
Juga tanpa gemuruhnya guruh
Tidak ada sambaran kilat
Sesekali dia berhenti
Tetapi bulan tak tertipu rayu
Dia tetap bersembunyi... dan berlari makin jauh
Enggan dia untuk kembali timbul
Bulan menangis...
Terlalu muda dan terlalu mudah dia dibohongi
Dia pergi ketika masih belia
Ke gurun dia dilarikan
Dan hujanpun terkadang berhenti
Terkadang juga deras tak pasti
Dan bulanpun tidur di peraduan
Seperti penduduk bumi
Larut dalam napasnya yang hangat
Melawan dinginnya malam
Mereka sama-sama terlelap
Mereka tak pernah menantikan bulan
Karena bulan tak akan kembali
Hingga dia berkelam di Atlantik
Dan menaikkan samudra di Fasifik
Jika lolos dari hadangan Bermuda
Dan menang atas dinginnya Arktik
Dia akan timbul di telaga Antartika
Tidak untuk selamanya
Dan juga tidak pasti
Pancur-Lingga Utara, 09/08/2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H