Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Esensi Seorang Manusia itu Terus Bergerak

20 Juli 2020   15:00 Diperbarui: 20 Juli 2020   14:48 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peluang memang menipis. Tetapi, dengan hanya diam saja merupakan putusan yang salah. Teruslah bergerak. Foto: viva.co.id

Begitulah pesan yang tertangkap ketika Erix Soekamti, seorang pemusik dan pendiri DOES University, di acara bincang-bincang Save the Children dalam rangka kampanye #PulihBersama Episode 2 di 26 Juli 2020 lalu.  Pesan itu memang ditujukan bagi anak-anak muda yang sekarang galau dalam menghadapi tantangan saat ini. Ada anak muda yang kehilangan pekerjaan. Lapangan pekerjaan makin sedikit, sementara diujung lain ada 1,5 juta tamatan SMK yang akan masuk dunia kerja pada tahun ini saja.

Dalam konteks terus bergerak, Erix menyampaikan untuk terus mencari passion. Jika passion telah ditemukan, maka seluruh energi akan mendukung dan terpusat disana.  Mirip-mirip dengan Law of Attraction, atau umum dikenal dengan Mastakung -- Alam Semesta Mendukung.

Tidak ada kata berhenti dan menjalaninya pun menjadi sebuah kenikmatan. Jika seorang anak misalkan memiliki passion dalam bidang musik, maka semua tentang dirinya akan 'bicara' soal musik. Anak itu tidak akan kelelahan ketika mempelajarinya. Hal ini juga berlaku untuk pekerjaan atau usaha. "Sama seperti energi ketika jatuh cinta", ujar Erix dalam mimik yang sangat meyakinkan.

Kondisi yang dihadirkan krisis pandemi ini memang berpotensi meningkatkan angka kemiskinan di Indonesia hingga dua kali lipat, dengan asumsi jika krisis hanya berlangsung hingga Desember 2020. Perjuangan mencari pekerjaan menjadi tidak mudah. Di kalangan pencari kerja kondisi ini sangat mengkhawatirkan. Dampaknya tidak berhenti disitu saja. Kerawanan sosial bisa terpicu. Persaingan akan menghasilkan kaum tersisih. Mereka ini memang harus diperhatikan. Tetapi berdiam diri akan menjadi bumerang bagi diri sendiri. Setiap celah haruslah dicari. Setiap kesulitan bisa menghasilkan kesempatan.

Demikian jugalah Allessandra Lamuli (22), putri saya,  seorang mahasiswa,  yang sedang berjuang menyelesaikan skripsinya di masa pandemi ini.  Dari perbincangan jarak jauh kami di satu pagi minggu kemarin, dalam suasana yang santai dan menyenangkan, tertangkap pesan akan sebuah passion. Dia akan memulai bisnis online.

Dalam kicauannya, Sandra bercerita tentang rencananya, yang telah dikerjakan, belajar dari awal, dan mencoba mencari jawaban dari banyak pertanyaan terkait passion-nya yang akan diwujudkan menjadi bisnis. Bisnisnya, jualan buku pre-loved di salah satu marketplace, yang sering disebut si Oranye. Passion-nya soal buku. Khususnya buku cerita, komik dan novel.

Dia masih meyakini bahwa ada celah pasar untuk ini, khususnya ketika orang-orang terkunci di rumah, pilihan untuk selalu menatap layar tablet atau komputer akan mengakibatkan kebosanan juga. Mungkin mereka memilih kembali ke buku sebagai variasi. Untuk tidak menambah kerutan di dahi, dicarilah buku-buku ringan. Beberapa diantaranya mungkin ingin bernostalgia. Mereka mencari buku-buku lama. Dengan harga yang tidak terlalu mahal, maka buku itu cepat saja lakunya. Berburu mendapatkan buku untuk jualan menjadi perjalanan dan mencipta cerita tersendiri.

Di belahan kota lain, tersebutlah Kris (50+) dari kota Makassar, memiliki tiga anak. Bekerja sebagai sopir rental terpaksa berhenti saat ini. Semua pekerjaan dilakukannya. Memulung menjadi pilihan. Tetapi, itu pun belum bisa menghasilkan dan menopang kehidupan keluarga. Tiga anak menjadi pemicu semangat. Awalnya mendapat dukungan dari orang lain. Tetapi, tidak bisa berlangsung lama. Karena memang dukungan, bahkan dari pemerintah sendiri pun, terbatas.

Akhirnya, dia menemukan jalannya sendiri. Dia membuka jasa laundri dan menyetrika. Barang-barang kerja memang masih meminjam. Tetapi kombinasi memulung, mencuci, menyetrika dan menyupir dia lakoni untuk melewati krisis ini. Dia terus bergerak dan bergerak. Tidak ada kata berhenti. Meskipun mungkin itu bukan passion, tetapi bergerak menjadi pilihan. Bergerak atau luruh.

Akhirnya Mendukung

Awalnya, saya sebagai Ayah agak gamang. Apakah saya kurang memberi kepada anak saya sehingga dia harus cari uang? Begitu pertanyaan yang pertama muncul. Tetapi kemudian, pesan Erix Soekamti itu setidaknya menyadarkan saya, bahwa anak saya sedang terus bergerak mencari passion-nya yang kemudian diterjemahkan menjadi bisnis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun