Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bencana dan Kita

4 Mei 2020   21:27 Diperbarui: 4 Mei 2020   21:25 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lalu, ini prinsip ketiga. Benar sekali. Setiap orang tidak bisa lepas dari bencana. Bukan saya tidak berada di lokasi  bencana. Saya tidak buang sampah ke kali, lalu mengapa saya harus terlibat mengurus bencana. 

Memang, secara individu dalam kehidupan pribadi, mungkin tidak langsung terlibat dalam bencana, baik sebagai pemicu, sebagai korban atau yang terdampak.

Tetapi pernah berfikir jika sampah yang dihasilkan dari upaya memenuhi kebutuhan dan keinginan kita akan berakhir dimana. Pernah berfikir, bahwa tindakan menutupi semua permukaan tanah di rumah tidak berkontribusi pada kelangkaan air dan banjir? 

Pernahkah mempertanyakan jika asap yang dihasilkan dari kendaraan kita akan mengakibatkan pemanasan bumi, yang berujung pada peningkatan suhu bumi dan bermuara pada banjir dan tenggelamnya negara-negara kecil yang ketinggian daratannya tidak lebih dari 2 meter dari permukaan laut.

Memang, kita tidak ikut mendorong orang-orang untuk membangun rumah di pinggir kali dan bukit-bukit gunung. Tetapi, pernah bertanya, jika penguasaan tanah yang luas di wilayah yang aman akan memberikan kesempatan yang sangat kecil bagi orang lain untuk tinggal di tempat yang aman dan seharusnya?

Memang tidak ikut mendorong orang-orang untuk memilih tinggal di kaki-kaki gunung berapi. Tetapi, pernah sadar jika memiliki lebih banyak rumah dan kavling akan memberikan sedikit pilihan bagi mereka yang lain.

Kita bisa berkontribusi pada hal-hal yang mengakibatkan bencana. Kita bisa juga mengupayakan hal-hal untuk menghindarkan bencana. Bisa dalam langkah-langkah kecil seperti memulai mengurangi sampah. 

Mulai hidup dengan kebutuhan dan bukan keinginan. Jika hal-hal pemenuhan keinginan yang dilakukan umat manusia ini, maka 1.67 juta virus itu akan menghancurkan kehidupan manusia. 

Karena tempat yang seharusnya menjadi tempat tinggal bagi inang para virus itu telah diambil manusia karena memenuhi keinginannya. Bukan bencana yang melanda kita, tetapi kitalah yang mendekatkan diri ke bencana itu. Sudah terjadi, dan jika tidak berubah, maka kemungkinan yang lebih dahsyat akan tiba. Mampukah kita menghadapinya? Mampukah kita berubah?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun