Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Air Itu Hanya Mencari Jalan Pulang

15 Februari 2018   16:15 Diperbarui: 16 Februari 2018   08:55 1308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meskipun telah mengalami rehabilitasi, ruang-ruang air yang dikembalikan belum cukup memadai sehingga banjir masih terjadi di kawasan Kampung Melayu, Jakarta, Sumber: metro.tempo.co

Banjir itu bencana atau bukan sih? Banjir bisa jadi bencana dan bisa juga tidak. Menurut definisnya, bencana terjadi ketika ancaman bencana itu memberikan dampak negatif kepada manusia atau aset.

Untuk jelasnya, jika banjir terjadi di daerah yang tidak ada manusia dan juga aset, maka tidak dapat dikatakan bencana. Itu hanya disebut sebagai kejadian alam biasa. Tetapi, jika banjir itu mengenai manusia dan aset dan selanjutnya mengakibatkan kerusakan dan kerugian, itu dinamakan bencana.

Akhir minggu lalu, Jakarta kembali diserang banjir. Banjir ini tentunya merupakan bencana. Tersebab, ada manusia dan hartanya yang terdampak. Menurut pantauan media, banjir terparah terjadi di daerah Kampung Pulo dengan kedalaman hingga mencapai 2,5 meter. Seperti dikutip dari new.detik.com (07/02/2018).

Kejadian yang terulang ini mengakibatkan penderitaan dan juga kerusakan bagi rumah dan kehidupan warga. Bagaimana tidak? Mereka harus mengungsi. Setelah kering, nanti harus membersihkan rumah. Kerusakan mungkin terjadi pada benda-benda elektronik. Jika terjadi berulang, pada gilirannya mengurangi kualitas manusianya sendiri. Belum sakit penyakit yang menjangkiti seperti gatal-gatal, batuk dan pilek (health.detik.com edisi 07/02/2018)

Mengapa Banjir?

Pertanyaan selanjutnya yakni mengapa banjir terus berulang? Pada dasarnya, air itu hanya mencari jalannya pulang. Air pastinya mengalir ke laut lewat sungai-sungai yang diciptakan alam.

Permasalahannya, di Jakarta sungai-sungai itu sudah 'dirampas' oleh manusia. Sungai yang dulunya lebar dan memiliki daerah pasang surut di sisi kanan dan sisi kiri telah habis 'dirampok' manusia. Akibatnya, ruang-ruang milik sungai sudah terampas. Sementara siklus hujan di negara tropis itu sudah punya pola dimana memiliki masa curah hujan tinggi.

Pemerintah sebagai pemilik barang publik yakni wilayah sungai telah membiarkan lama terjadi perampasan ruang milik sungai. Pembangunan, tidak hanya bangunan semi permanen, bahkan permanen pun dibiarkan di wilayah jalur kehidupan sungai. Sungai tidak memiliki lagi jalan pulang menuju laut sebagai bagian siklus kehidupannya.

Meskipun telah mengalami rehabilitasi, ruang-ruang air yang dikembalikan belum cukup memadai sehingga banjir masih terjadi di kawasan Kampung Melayu, Jakarta, Sumber: metro.tempo.co
Meskipun telah mengalami rehabilitasi, ruang-ruang air yang dikembalikan belum cukup memadai sehingga banjir masih terjadi di kawasan Kampung Melayu, Jakarta, Sumber: metro.tempo.co
Dengan demikian, tidak ada cara lain yang bisa dilakukan untuk menghilangkan bencana banjir musiman di Jakarta selain memberikan jalan pulang air sungai itu. Ruang-ruang sempadan sungai hari dikembalikan sebisa mungkin seperti awalnya. Menurut Peraturan Kementerian Pekerjaan Umum No. 28 Tahun 2015,  sempadan sungai harus berkisar 10-100 meter kiri kanan sisi sungai. Artinya wilayah 10-100 meter di kiri akan sungai harus kosong. Tergantung panjang sungai, di perkotaan atau di luar kota, kedalaman serta bertanggul atau tidak.

Di samping itu, perlu juga pemeliharaan wilayah tangkapan air. Untuk Jakarta tentunya ada di wilayah hulu sungai Ciliwung di daerah Bogor. Untuk hal ini pekerjaan rumah bagi pemerintah DKI yakni menjalin kerja sama. Untuk ini pun ada dana yang disediakan pemerintah DKI.

Tetapi memang, koordinasi dan kerja sama antar wilayah dan antar instansi menjadi masalah klasik di Indonesia. Sering permasalahan timbul karena tidak adanya koordinasi ini. Ini hampir terjadi di semua lini pemerintahan. Seperti disampaikan Jusuf Kalla di Rembuk Nasional dilansir dari Liputan6.com edisi 24 Oktober 2016.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun