Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Media Sosial Jadi Media Asosial Berujung Media "So Sial"

31 Oktober 2017   22:37 Diperbarui: 31 Oktober 2017   22:46 916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berhamburanlah ujaran-ujaran kebencian di media sosial. Beberapa orang yang dengan semangat luar biasa menguarkan kebencian berbau sektarian akhirnya harus mempertanggung-jawabkan perbuatannya.

Mungkin ada juga yang secara sadar menciptakan konetn-konten miring untuk mendapatkan keuntungan dari monetasi trafic media sosialnya. Tetapi, orang seperti ini tentunya sudah sadar dengan hukum yang berlaku di dunia maya termasuk aturan formal yang memagari perilaku.

Nyatanya, hingga hari ini pun masih saja terjadi di dunia maya orang-orang yang menceritakan kebencian, fitnah dan juga ujaran-ujaran yang menyinggung orang lain. Bahkan ada yang jelas-jelas mengucapkan kata-kata kasar yang sangat tidak wajar, diucapkan dengan lugas dan menjadi konsumsi publik.

Ketika kasus seperti ini diletakkan dalam koridor hukum, sering para pelaku ini mengajukan permintaan maaf dengan alasan tidak paham dengan ucapannya. Padahal ketika meneriakkan, dilakukan dengan mantap, percaya diri bahkan tidak takut dengan penegak hukum.

Seperti kasus Farhan Balatif dari Medan. Ucapannya yang gagah, berakhir dengan wajah muram dan nelangsa. Masih banyak kasus yang sama yang terjadi. Menjadi korban dari media sosial, yang membawa kesialan pada diri sendiri. Akibat dari terlalu bersemangat, tidak menghargai orang lain, merasa tersembunyi di ruang sempit kamarnya, tersambar emosi kolektif dan rupa-rupa pemicu lainnya.

Seperti layaknya setiap hal apa pun, memiliki dua sisi yang saling bertentangan. Media sosial juga demikian. Kehati-hatian, kesadaran penggunaan dan juga nilai-nilai yang ada di dunia nyata juga seharusnya tetap berlaku di dunia maya ini.

Jangan karena terlena, media sosial digunakan menjadi media asosial yang berujung 'so sial' dengan berakhir dibali jeruji. Tetapi ini masih lebih 'baik'. Ada juga yang sampai meregang nyawa karena terlalu percaya dengan segala sesuatu yang ada di media sosial.

Bijaklah dalam bermedia sosial. Perlakukan media sosial dan aktivitas di dunia maya seperti di dunia nyata. Niscaya, akan selamat. Setidaknya, karena dunia nyata tidak seperti 'perang' di dunia maya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun