Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ketika Benteng Terakhir Integritas Runtuh

4 Oktober 2017   22:33 Diperbarui: 5 Oktober 2017   19:55 3247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Shutterstock

Berkelana di dunia maya mencari kesempatan pengembangan diri, akhirnya terhenti sementara di laman Charles Darwin University. Sebuah perguruan tinggi di Northern Territory di Australia. Mata tertumbuk pada satu bagian dengan judul "student academic intregity".

Dijabarkan lebih lanjut, integritas akademi itu yakni nilai inti dari Charles Darwin University yang didefinisikan sebagai kebenaran dan kejujuran dalam proses melaksanakan kegiatan-kegiatan ilmiah. Pelanggaran prinsip utama ini dianggap sebagai pelanggaran serius. Universitas menyediakan informasi dan bantuan lainnya terkait integritas akademik ini sehingga dengan harapan tercapainya integritas akademi dengan standar tinggi di semua kegiatan akademik mahasiswa.

Universitas juga mengupayakan proses yang transparan dalam proses investigasi terhadap pelanggaran integritas akademis ini termasuk konsekuensinya dan implikasi bagi mahasiswa yang melanggarnya. Panduan disediakan tidak hanya bagi mahasiswa tetapi juga seluruh warga kampus.

Dengan mengetahui banyak dari institusi di Australia yang memiliki rangking tinggi di persaingan universitas dunia, rasa-rasanya integritas akademik ini dipatuhi dengan sangat baik. Proses mencapai hasil tinggi tentunya tidak cukup sekedar formalitas saja. Cuap-cuap tanpa tindakan yang sepadan, tidak lebih dari bentuk kemunafikan.

Mengikuti beberapa kejadian terakhir di Indonesia tentang kehidupan perguruan tinggi, ada rasa miris yang menggantung. Asa yang memudar tentang mimpi perguruan tinggi Indonesia menjadi universitas kelas dunia.

Pastinya masih lekat di ingatan kasus pemecatan Rektor Universitas Negeri Jakarta, Prof. H. Dja'ali. Ditengarai ada praktik curang yang dilakukan dalam lingkup kekuasaan sang rektor. Praktek curang terkait plagiarisme dan program doktor super kilat. Mahasiswa tingkat doktoral di UNJ, dipercaya bisa menjadi transenden, berada di dua tempat sekaligus. Program doktor abal-abal ini berujung pada pencopotan jabatan tertinggi di universitas dari pundaknya. Belum lagi berita miring lainnya terkait praktik nepotisme yang dilakukan di lingkungan kekuasaannya.

Rektor UNJ, Djaali. Sumber gambar: tempo.co
Rektor UNJ, Djaali. Sumber gambar: tempo.co
Dari Timur, terdengar juga gelar doktor "palsu" dari rektor Universitas Manado. Tidak tanggung-tanggung, rektor itu mengaku mendapat gelar dari universitas di Perancis, Universite Le Marne La Valle Paris. Padahal banyak bukti yang tidak mendukung gelar itu. Masa belajar tingkat doktoral di Perancis tetapi tidak bisa berbahasa Perancis? Itu salah satu alasan yang diajukan pelapornya, seperti dikutip dari mediaindonesia.com pada 6 Maret 2017.

Paling gress, berita penganugerahan gelas Dr. HC bidang sosiologi politik kepada ketua PKB, Muhaimin Iskandar, dari Universitas Airlangga, yang ditenggarai bersifat transaksional. Forum dosen FISIP Universitas Airlangga meminta penarikan gelar tersebut karena melanggar prosedur normalnya. Forum dosen ini bahkan tidak mengetahui dan dilibatkan dalam prosesnya.

Masih banyak kasus lain tentang kecurangan dalam dunia pendidikan tinggi ini. Banyak tokoh-tokoh politik dan pejabat yang disinyalir menggunakan gelar abal-abal ini. Proses gelar yang serba singkat bisa didapat asal fulus pas dan tepat.

Tampaknya, hati nurani telah padam di dunia kampus yang seharusnya menjadi pemurnian jiwa-jiwa, yang jauh dari nilai-nilai buruk. Kampus sebagai kawah candra di muka untuk pembelajaran dan pencucian hati nurani. Sebab kampus dianggap sebagai tempat belajar di mana tidak mengenal nilai-nilai lain selain nilai luhur pendidikan itu sendiri.

Selayaknya, tidak ada pencemaran dalam dunia akademis. Semuanya ditelaah dalam analisas akademis yang murni tanpa bias kepentingan. Integritas akademik menjadi kata kunci dari semua proses yang terjadi di kampus.

Apa pun yang dilakukan, harus masuk dalam lingkup intergritas akademik itu sendiri agar tidak terjebak pada tujuan lain yang dipandu nilai-nilai melenceng.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun