Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Selepas Agus Melibas Ibas

22 September 2017   22:19 Diperbarui: 25 September 2017   18:46 1580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Beruntung rasanya, dalam dua bulan terakhir ini berkunjung ke dua provinsi paling ujung Pulau Sumatera. Pertama ke Aceh. Tidak terasa lagi dinamika politik di provinsi yang terkenal dengan sebutan Serambi Mekah. Riak-riaknya sudah tenang. Irwandi Yusuf terpilih kembali, setelah sempat istrahat lima tahun. Malah sekarang muncul sebagai gubernur yang melakukan kunjungan kerja dengan pesawat pribadi. Suara-suara di masyarakat sifatnya positif. Irwandi pada kepemimpinan yang sebelumnya, 2007-2012, memberikan kesan manis bagi penduduknya.

Di Sumatera Utara, pemilihan gubernur akan dilaksanakan pada tahun 2018. Sudah ada yang mulai menjagokan diri untuk menjadi gubernur periode berikutnya. Petahana, Tengku Erry, masih berniat. Tag line-nya, yang muncul di banyak spanduk, yang bertebaran hingga ke wilayah perkebunan, yakni lanjutkan! Maruar Sirait, politisi dari Jakarta sudah beriklan. JR. Saragih, Bupati Kabupaten Simalungun juga bermimpi. Pangkostrad juga pulang kampung. Menurutnya, belum ada yang serius mengurus Sumut. Sumut, yang sering dipelesetkan menjadi 'semua mesti uang tunai'.

Tetapi dari dua provinsi itu, ada satu yang sama dan tampak jelas. Spanduk-spanduk Partai Demokrat bertebaran dimana-mana. Spanduk kemungkinan dibuat oleh anggota DPRD atau politikus lokal Partai Demokrat. Dan disetiap spanduk itu, dengan berbagai ukuran, terpampamg wajah Agus. Bener! Agus Harimurti Yudhoyono, sering disebut AHY.

Wajah muda, segar, dengan tampang yang memukau dan anak petinggi Partai Demokrat serta calon pemimpin bangsa, setidaknya yang dimajukan Demokrat, menjadi 'jualan' yang dijajakan. Pada pemilihan gubernur DKI yang lalu, 'magic' Agus diuji. Masih belum beruntung. Terpental dahsyat di putaran pertama. Hanya mencapai kurang dari 18% suara. Namanya juga test the water, jadi tidak terlalu jadi masalah.

Proses uji publik dilakukan lagi dengan menguarkan pencalonan Agus di perebutan gubernur Jawa Timur. Mungkin karena takut dengan kharisma Risma, walikota Surabaya sekarang, dorongan itu tidak diteruskan. Tetapi ambisi besarnya tetaplah menjadi presiden di negeri ini.

Apa yang ada di benak Pak Esbeye memang sangat susah untuk ditebak. Setidaknya fakta yang terjadi beberapa waktu lalu. Setidaknya semasa pilkada DKI 2017 yang lalu. Apa yang dipersiapkan, setidaknya dalam benak banyak orang, tidak dimunculkan ke permukaan.

Khalayak pasti paham kalau Ibas adalah sang pangeran. Setidaknya gelar itu diberikan karena Pak Esbeye sepertinya mempersiapkan Ibas untuk menjadi petarung dalam dunia politik Indonesia yang selalu bergolak. Menempatkan Ibas di posisi Sekretaris Jenderal menjadi kata kunci yang bisa dijadikan patokan.

Ibas akan menjadi politikus besar, karena langsung diterjunkan menjadi sekretaris jenderal partai. Menjadi orang kedua di partai tentunya memberikan akses kepada semua informasi, kondisi, pertarungan di dalam dan luar partai serta modalitas lainnya. Akses ke ketua partai dapat dilakukan sambil leseh-lesehan menikmati kopi pagi di teras rumah.

Tetapi nyatanya, apa yang terjadi tidak sama dengan yang dipersepsikan khalayak lainnya. Pada pemilihan kepada daerah DKI yang baru lalu, Agus melibas Ibas. Entah apa yang membuat itu menjadi seperti itu. Sepertinya, penerus dinasti kepemimpinan negeri ini dititipkan ke Agus, bukan Ibas.

Ibas menjadi seperti terpojok dan sendirian. Posisi di menara gading tidak memberikan banyak keistimewaan kepadanya. Kemunculan di wilayah publik juga sangat terbatas. Suara-suaranya selalu terdengar pelan, Jika pun Ibas bersuara, khalayak sepertinya tidak yakin bahwa suara itu milik Ibas.

Coba simak suara Ibas ketika berkomentar soal banyak hal. Itu diragukan suara murni Ibas. Itu seperti suara dari sang Ketua. Lewat Ibas, dengan upaya memberi sedikit panggung kepadanya setelah mungkin 'tidak terima' dengan menjadi sektretaris jenderal terus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun