Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sebentuk Kebhinekaan di Pojok Sinabung

20 September 2017   22:08 Diperbarui: 20 September 2017   23:01 1666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore ini, sebuah pelajaran indah dari pojok Gunung Sinabung, yang masih setia memberikan ancaman bagi masyarakat di sekitarnya, tentang betapa indahnya jika keberagaman itu tidak menjadi sumber permasalahan. Tidak ada yang menyamakan, apalagi memaksakan satu warna dari banyak warna yang memberi keindahan itu sendiri.

Soal toleransi ini, ternyata di Provinsi Sumatera Utara tidak hanya di Kabupaten Karo, Terdapat juga di tempat lain di provinsi dimana Danau Toba berada. Banyak terdapat bukti-buktinya.

Di Kabupaten Dairi tepatnya di Sidikalang terdapat Taman Wisata Iman Sitinjo. Konsep Taman Wisata Iman ini yakni kerukunan antar agama. Agama Islam, Kristen, Hindu dan Budha memiliki kompleks di taman yang memiliki luas 130 ribu meter persegi ini.

Masih terkait toleransi di Provinsi yang beribukota Medan ini, dalam laporan yang dikeluarkan Setara Institute pada tahun 2016 tentang Kota yang paling toleran dan intoleran, ada beberapa prestasi yang dimiliki.

Dua kotanya menduduki daftar 10 kota paling toleran di Indonesia. Nomor urut pertama Pematang Siantar. Kota kedua Sibolga di urutan ke 6. Tidak ada satu kota pun dari provinsi ini yang masuk dalam daftar 10 kota yang paling intoleran.

Gelar bagi kota Pematang Siantar itu telah dipegang beberapa tahun ke belakang. Setidaknya menurut Setara Institute dengan laporannya yang dikeluarkan setiap November. Pertanda bahwa kerukunan beragama yang muncul dari rasa toleransi yang tinggi dari masyarakatnya yang beragam, terpelihara secara terus menerus.

Selayaknya, keragaman harus dirayakan. Toleransi harus dijaga dan dipertahankan. Intoleransi harus dimusnahkan. Lewat sebentuk rembug masyarakat di Desa Surbakti itu, harapan akan Indonesia yang damai dan toleran mendadak membuncah. Seperti permintaan yang sampaikan kepada Yang Maha Suci lewat doa-doa yang diucapkan.

Penulis pun beringsut, pergi bersama rombongan untuk kembali ke penginapan. Terbekas dalam di ingatan betapa Desa Surbakti yang mengalami derita dari erupsi Gunung Sinabung yang tiada henti menyajikan keindahan Indonesia. Keindahan yang tidak selayaknya dirusak oleh sekelompok orang. Biarlah sebentuk kebhinekaan itu menjadi setitik cahaya dalam perjuangan menjaga toleransi di negara tercinta ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun