Menjadi berbeda adalah sebuah keniscayaan. Tidak bisa ditolak. Itu sudah merupakan berkat dari sang Pencipta. Perbedaan bisa ditonjolkan, karena masing-masing memiliki keunikan. Tetapi perbedaan tidak harus menonjolkan keutamaan. Bahwa hanya satu kepercayaan yang utama. Hanya satu suku yang pertama. Bahkan, berfikiran hanya satu aliran politik yang ada.
Jika diperlihara, hal ini bisa mendorong negara ke tubir jurang perpecahan. Pemaksaan kehendak, dalam bentuk apa pun tidak relevan dengan dasar negara kita Pancasila. Disana ada nilai-nilai luhur yang dapat menjadi batu penjuru untuk menyelaraskan perbedaan yang ada.
Perbedaan yang ada harus dirayakan sebagai sebuah keunikan bangsa ini. Tidak ada yang menjadi paling menonjol. Tidak ada yang harus menjadi takut, cemas dan tidak nyaman sebab perbedaan ini. Tidak ada tekanan dari pihak yang mayoritas atas minoritas. Bahwa semuanya berkontribusi dalam membangun bangsa. Sehingga tidak perlu memaksakan pemikiran, kepercayaan dan nilai-nilai yang cenderung men-suppresi gologan masyarakat lainnya.
Sangat tidak nyaman hidup dalam perbedaan yang ditajamkan. Semangat hidup sebenarnya akan lebih baik ketika perbedaan ini digunakan sebagai modalitas membangun bangsa. Tidak melulu perbedaan diarahkan pada penegasan akan terbaik, terbenar, termulia dan juga terutama. Semuanya setara dan bersatu dalam nilai-nilai kebhinekatunggalikaan.
Apa yang terjadi sore itu di jambur Desa Surbakti di kaki Gunung Sinabung menjadi gambaran betapa warna-warna yang ada mampu diterima dengan baik. Tidak ada yang merasa lebih menonjol. Semua tunduk terpaku dalam doa pembukaan yang menurut agama Islam. Lalu selanjutnya nanti ditutup doa dengan cara agama Kristen.
Tidak terasa, diskusi yang saling terbuka, hangat dan saling memberikan dukungan dan semangat berlangsung kurang lebih satu setengah jam. Banyak persoalan yang dirasa muncul, tetapi saat itu yang diajukan adalah pembangunan sarana air bersih. Sarana yang sangat diperlukan masyarakat.
Di sumber-sumber air bersih, tetapi masyarakat tidak menikmati air bersih. Karena sumbernya jauh dari permukiman masyarakat. Sehingga harus dibuatkan saluran. Saluran dari sumber mata air ke penampungan utama, lalu saluran dari penampung ke rumah-rumah masyarakat.
Diskusi selanjutnya masih harus dilakukan. Program detailnya harus dijabarkan. Sumber pendanannya harus diupayakan. Pelibatan masyarakat harus ditegaskan. Perempuan harus disertakan.
Perlahan, dalam kekaguman, dalam tunduk menyecap dingin, penulis perlahan mendengar doa menurut agama Nasrani dalam bahasa Karo. Doa terdengar lamat-lamat di deru angin yang semakin melesakkan dingin ke tubuh. Acara rapat selesai.
Tetapi, masyarakat masih tetap di jambur itu melanjutkan gurauan dan bicara hal-hal lain. Mungkin tentang letusan Sinabung yang tak kunjung reda. Tidak ada rasa tidak nyaman atas apa yang terjadi, soal doa yang berbeda.
Terlintas renungan tentang Indonesia yang indah jika sebentuk toleransi seperti yang tersaji di depan mata saat ini, bisa terjadi di tempat lain di Indonesia. Tidak ada kebaikan yang muncul dari keberagaman yang disamakan. Keberagaman seharusnya menjadi sebuah kunci pendewasaan masyarakat dalam proses toleransi yang harus terus menerus diupayakan.