Sementara generasi sebelumnya, digital refugee dan digital migranttidak langsung meninggalkan Kompas cetak ini. Ditenggarai karena sudah terpapar cukup lama. Ada memori yang tidak bisa dihilangkan begitu saja. Sebagai contoh, kegiatan harian baca koran pagi sambil minum kopi sebelum ngantor.Jika di kantor, membaca koran sebelum bekerja. Bau koran cetak dan suasana yang terbentuk tidak mudah dihilangkan begitu saja. Bahkan soal tangan terentang ketika membaca koran dan juga bunyi kertas ketika halaman dibalik memberikan sensasi tersendiri yang tidak akan dimiliki dan dimengeri generasi digital native. Sementara ini, Kompas cetak ada untuk dua jenis generasi yang terpapar platform digital.
Upaya untuk memenuhi keberlangsungan ditengah gempuran media digital dan juga pergantian generasi di masa yang akan datang, Kompas telah memulainya sejak tahun 2008. Berbagai versi juga dikeluarkan untuk memenuhi berbagai platfrom dan bahkan gawainya.
Terjadi masa penjelajahan yang cukup panjang untuk versi digital ini. Edisi digital dimulai dengan ePaper yang digagas pada tahun 2008 dan secara resmi diluncurkan pada 1 Juli 2009. Untuk memuaskan para pelanggan, Kompas menyediakan berbagai informasi dengan media berbeda. Ada yang khusus untuk iPad dan Playbook milik Blackberry. Untuk ePaper ini masih agak rumit, karena ada addonyag harus diinstal untuk dapat mengaksesnya.
Scoop juga dirambah untuk memperluas jangkauan dengan menggunakan aplikasi pada sistem mobil yakni android dan iOS. Layanan ini masih berbayar. Kemudian meluncur digital.kompas.com. Ini berbeda dengan kompas.com. Jika kompas.com dibangun untuk menyediakan berita-berita hardnews, digital.kompas.com ini ingin mendigitalkan versi kompas cetak yang cenderung bersifat softnews. Bentuk selanjutnya dari versi ePaper.
Kompas.id
Kemunculan paling akhir dari kompas cetak versi digital ini memang ditenggarai untuk menggabungkan berbagai format digital yang sudah muncul sejak 2008.
Kerumitan untuk mengakses kompas cetak versi digital ini dengan berbagai versi dan platform dikira Kompas cukup merepotkan. Dari sisi produksinya juga akan menambah biaya operasional sementara jangkauan pembaca tidak bertambah. Demi varian yang berbeda tadi, meskipun tidak semahal versi cetak koran, harus ada tambahan pekerja. ePaper pun masih tidak nyaman.
Dari pada membuat kompas cetak versi digital dengan berbagai platform, maka dimunculkan kompas.id tanpa ada addon dan langsung bisa diakses lewat peramban. Versi ini lebih ringkas. Ini jauh lebih mudah dan hanya satu produk dari versi cetak yang bisa diakses dengan berbagai gawai.
Akan tetapi, seperti disampaiakn di awal, versi digital Kompas cetak ini ditenggarai sebagai ancang-ancang menyambut kematian versi cetak yang mungkin sudah di depan mata. Generasi pembaca koran cetak, yang bisa diklasifikasikan sebagai digital refugee dan digital migrant, pasti akan hilang pada waktunya.
Generasi selanjutnya, digital native yang digital-minded, generasi yang begitu lahir langsung berkenalan dengan platfom digital. Generasi ini akan rikuh dengan dokumen berbasis kertas, termasuk bahan bacaannya. Segala sesuatu harus bisa diakses dengan cepat dan dari mana saja. Ini memang masih tergantung pada pihak ketiga, yakni sambungan internet.
Di samping memenuhi kebutuhan pelanggan masa depannya, kompas cetak juga dapat memperluas jangkauannya hingga ke pelosok bumi. Syaratnya internet ada. Tantangannya disamping ketersediaan koneksi internet yang pastinya berbeda disetiap lokasi, kontenya juga harus relatif ringan. Jika lambat dan berat ketika mengunduh, maka generasi digital native ini pun akan secepat kilat berpindah situs. Itulah sifat mereka. Tidak sabaran.