Beberapa tulisan yang beraroma ketidakpuasan itu pernah muncul. Mungkin ingin mempertanyakan atau sekaligus protes. Beberapa tema yang pernah ada kurang lebih sebagai berikut: Tidak penting masuk pilihan yang penting terpopuler; Susahnya masuk headline; Tulisan kawakan tidak masuk kompasiana; dan lainnya yang penulis lupa.
Tulisan-tulisan bertema disebut di atas sepertinya mengandung bau-bau protes atas absolutisme yang dimiliki admin Kompasiana. Keputusan kategorisasi headline, pilihan dan featured dan menampilkan di Facebook Kompasiana serta Kompas.com, sepenuhnya milik admin.
Tetapi ada juga yang sepertinya di luar kendali admin Kompasiana yakni kategori terpopuler. Sehingga ada juga yang kreatif di kategori ini. Sebuah tulisan pernah juga muncul yang ingin membuka kenyataan jika seorang Kompasianer menggunakan trickkhusus untuk selalu menenggerkan artikelnya di kategori terpopuler itu.
Keputusan untuk mempertanyakan otoritas admin Kompasiana memang karena ada keinginan agar tulisannya muncul di kategori yang menarik hati dan menjadi tujuan awal ketika masuk jadi Kompasianer. Protes-protes yang diajukan lewat tulisan itu menggambarkan kegundahan hati yang belum kesampaian. Bahkan pada titik tertentu mengalami yang namanya putus asa, yang bisa jadi karena artikelnya tidak pernah masuk kategori impian. Jadilah sebuah tulisan yang memprotes jika penulis kawakan tidak mendapat tempat di Kompasiana.
Jika memang ingin ikut menentukan kategori tulisan sendiri, masuklah menjadi admin Kompasiana. Lihat saja, Kompasiana dengan bebas menentukan tulisannya sendiri sebagai headline atau pilihan. Mungkin dengan cara begitu seorang Kompasianer dapat menuntaskan keinginan yang tertunda dalam hati yang paling dalam. Jika tidak diterima masuk admin Kompasiana, maka harus bersabar dengan terus berproduksi.
Menulislah, yang lainnya hanya bonus
Jika anda pernah membaca buku-buku motivasi, mungkin pernah menemukan kata-kata yang menyemangati berikut. Misalnya, “bekerja keraslah, kenaikan gaji hanyalah menunggu waktu”. “Jangan cari uang, tetapi carilah ilmu. Nanti uang akan datang dengan sendirinya”. Ada lagi, “fokus pada pekerjaan bukan uangnya, jika pekerjaanmu bagus maka uang akan mencarimu”.
Kalimat-kalimat menyemangati itu memang benar adanya. Karena dipastikan itu muncul dari pengalaman beratus-ratus tahun. Tidak mungkin kita bisa menghasilkan output yang baik, jika tidak fokus pada proses kerja yang baik. Jika membayangkan besarnya uang karena hasil yang bagus, maka dipastikan hasilnya menjadi buruk. Masalahnya, ya karena tidak fokus tadi.
Hukum yang sama berlaku juga di ekosistem Kompasiana. Tidak ada yang meminta anda untuk menjadi Kompasianer. Semuanya atas dorongan diri sendiri dengan motivasi tertentu. Terserah apa itu motivasinya. Tentunya admin Kompasiana sudah punya standar yang mereka sendiri yang mengetahui untuk masing-masing kategori tersebut. Kompasianer hanya mengikuti. Kompasianer berada pada take or leave it situation.
Oleh karena sebab itu, menulislah dengan sungguh-sungguh dengan gaya sendiri. Tidak perlu mengikuti gaya lucu akun tertentu yang suka memasukan kata celana, misalnya. Berlatih dan berlatih. Nanti akan ketemu yang namanya irama dan aroma Kompasiana sehingga beruntung tulisannya dimasukkan ke pilihan atau headline.
Pada akhirnya, memetik keuntungan dari menjadi Kompasianer tentunya hak absolut Kompasianer itu sendiri. Jika belum masuk kategori impian, sabar saja sambil terus menulis. Tidak menulis protes yang tidak perlu. Karena kompasianer harus mengikuti aturan yang sudah dibuat. Jadi teruslah menulis dan jangan sekaligus ingin menjadi juri. Niscaya, kategori yang diinginkan bisa tercapai.