Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Beratnya Menjadi Orang Tua Masa Kini

20 Maret 2017   13:46 Diperbarui: 21 Maret 2017   04:00 2039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi aneh kemudian jika orang tua berharap anaknya akan baik-baik saja jika urusan anak diserahkan kepada asisten rumah tangga. Judulnya juga asisten rumah tangga, pastinya kemampuannya pasti terbatas. Apalagi harus mengandalkan asisten rumah tangga untuk segala urusan. Jelas tidak mungkin bila dilihat dari sisi pendidikan, mentalitas dan kemampuan asisten rumah tangga itu sendiri. Urusan kasih sayang, tidak mungkin didapatkan dari asisten ini.

Pilihan-pilihannya memang sulit. You can not get all at the same time. Pilihan pasangan suami istri bekerja adalah satu hal. Pilihan lainnya adalah suami bekerja dan istri mengurus rumah tangga. Konsekuensinya untuk masing-masing pilihan juga ada. Pasangan yang bisa bekerja di rumah termasuk yang sangat beruntung. Pasangan yang masih memiliki orang tua dan tidak menolak mengurus cucu, merupakan berkat tersendiri.

Kondisi itu pun masih tetap tidak ideal, karena orang tualah yang harus memberikan perhatian dan mengurus anak-anaknya. Bukan orang lain termasuk orang tua maupun orang dekat keluarga. Ayah dan Ibu harus menjadi penanggung-jawab utama. Memang ini idealnya dan tidak semua orang bisa melakukannya.

Pilihan untuk keluarga dengan dua pendapatan terpaksa dilakukan karena kebutuhan yang semakin banyak dan mahal. Kebutuhan anak bisa terabaikan. Pilihan untuk menjadi keluarga dengan satu penghasilan, pendapatan berkurang, tetapi kebutuhan tumbuh kembang anak dapat terpenuhi.

Pilihan Sulit, Tetapi Harus

Untuk memastikan bahwa urusan anak dapat dipenuhi dengan baik, tidak hanya urusan fisik tetapi juga urusan non-fisik, orang tua harus terus berada di lingkungan anak dan memahami fungsi orang tua. Meskipun saat ini ‘profesi’ ibu rumah tangga masih dianggap isu domestik, tetapi sebenarnya jauh lebih berat daripada seorang pekerja di kantoran.

Ada lelucon yang mengatakan bahwa jam kerja ibu adalah sejak matahari terbit hingga mata ayah terbenam. Pekerjaan seorang ibu rumah tangga sebagai manajer rumah tangga sangatlah kompleks dan panjang tanpa mengenal yang namanya working hours. Untuk berhasilnya pasangan yang terpaksa istri harus mengurus rumah tangga atau menjadi single income family, maka suami harus memiliki pemahaman yang baik atas pekerjaan rumah tangga.

Istri memiliki peran yang mendukung suami dalam konteks mengurus rumah tangga. Suami akan merasa tidak tenang jika urusan anak-anak tidak beres. Seperti kejadian yang dialami penulis sendiri. Meskipun teman-teman penulis menganggap penulis terlalu berani, tetapi pilihan sulit agar istri keluar pekerjaan di perusahaan negara untuk mengurus rumah tangga, harus dilakukan. Anak-anak harus mendapatkan pendidikan yang baik. Pendidikan tidak hanya tentang belajar di sekolah, tetapi justru di rumah pendidikannya lebih berat.

Soal tidur siang, misalnya, itu menjadi pelajaran tersendiri. Anak harus belajar secara teratur juga adalah urusan lain yang mesti diperhatian secara seksama. Pakaian anak-anak yang harus rapih dan bersih tidak bisa diabaikan. Makanan rumah yang sehat dan higienis harus disajikan setiap hari. Jajan selektif harus diawasi yang menuntut perhatian ekstra. Kebersihan rumah dilakukan seoptimal mungkin. Untuk bersaing di masa yang akan datang anak harus dikursuskan musik, bela diri, bahasa asing dan berenang. Ini pun bukan urusan yang mudah mengaturnya.

Kecenderungan anak yang lebih memilih bermain dari pada belajar tentunya memberikan persoalan tersendiri. Anak harus diberikan pengertian. Dan disinilah tantangannya yang memerlukan kekuatan mental orang tua, terutama seorang ibu rumah tangga.

Anak-anak tidak akan mengerti ketika hanya satu kali disampaikan. Anak-anak cenderung abai dengan perkataan orang tua. Dengan demikian repetisi pesan menjadi penting. Pesan diterima dengan baik jika gelombang anak sama dengan gelombang orang tua. Gelombang rendah, artinya tidak emosi, akan baik bagi penerimaan anak akan pesan orang tua. Kekerasan hanya akan menciptakan luka. Kelembutan akan melahirkan dampak positif yang berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun