Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Rasionalitas Ahok, Teori Maslow dan Hari Valentine

13 Februari 2017   17:57 Diperbarui: 13 Februari 2017   18:06 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ahok adalah tipe orang yang rasional, tetapi tidak pragmatis. Dalam bekerja Ahok akan menentukan target-target yang riil. Dengan bahasa yang lugas dan dimengerti, baik secara makna maupun konteks. Bahasa Ahok adalah bahasa sederhana. Bahasa yang operasional. Tidak perlu mengernyitkan kening untuk memahami bahasa Ahok. Untuk menyampaikan pesan yang kuat, Ahok bahkan menggunakan kata-kata yang keras dan kadang ‘kurang etis’ untuk standar umum Indonesia. Kata-kata ‘kurang etis’ ini seringnya ditujukan bagi para ‘perampok’ APBD DKI. Siapa juga yang tahan dengan segala tingkah malas dan koruptif mereka?

Dalam bekerja, Ahok juga demikian. Ahok akan menggunakan kata-kata yang sederhana. Keruk selokan. Sapu jalan. Keruk lumpur di sungai. Relokasi pemukiman liar di pinggir sungai. Banjir harus dikurangi. Kemacetan harus diminimalkan. Begitulah dia mengungkapkan kerjanya. Untuk kata-kata yang sederhana itu pun, banyak pimpinan di DKI yang tidak paham. Kelamaan dalam posisi nikmat, sehingga harus distafkan.

Tentunya, berbeda dengan mari kita tingkatkan kesejahteraan masyarakat Jakarta dan buat warganya gembira. Mari kita jadikan Jakarta baru. Lalu ketika ditanya caranya, jurus ‘ngeles’dan kemampuan merangkai kata-kata indah tanpa makna mengalir.

Demikian juga dalam kampanyenya, Ahok menggunakan kata-kata yang sederhana. Visi dan misinya hanya diwakili tiga frasa sederhana, yakni penuh otak, penuh perut, penuh kantong warga Jakarta. Tiga frasa untuk menggambarkan tujuan besar Ahok dalam memajukan Jakarta. Tiga hal itu saja, yang dijabarkan untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat Jakarta. Kebutuhan dasar yang merupakan amanat dari Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

Pemerintah diharapkan menjadi administrator yang mendorong masyarakatnya untuk meningkatkan kesejahteraan dengan pemerintah memenuhi layanan publik yang dibutuhkan masyarakat. Tersedianya lapangan pekerjaan, tersedianya fasilitas kesehatan dan pendidikan serta akses tranportasi, dan rasa nyaman di dalam menjalankan upaya tersebut. Itulah frasa visi dan misi Ahok, sederhana tetapi operasional sebagai basis dasar untuk memenuhi kebutuhan tingkat berikutnya.

Teori Maslow

Rasionalitas Ahok yang bercita-cita memenuhi kebutuhan dasar masyarakat Jakarta sejalan dengan pemikiran Abraham Maslow, yang melahirkan teori Hirarki Kebutuhan, yang dikeluarkan di Psychological Review pada tahun 1943. Meskipun teori telah dikembangkan lebih lanjut, basisnya tetap sama bahwa pemenuhan kebutuhan berikutnya akan dimotivasi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar (survival needs).

Teori hirarki kebutuhan Abraham Maslow ini menggambarkan 5 tingkatan kebutuhan manusia. Teori ini sebenarnya terkait dengan psikologi yang pada intinya menjelaskan tentang motivasi seseorang dalam melakukan suatu tindakan. Hirarki ini dimulai dengan kebutuhan dasar (survival need) yang mencakup kebutuhan akan papan, sandang dan pangan serta rasa aman.

Kebutuhan dasar ini wajib dipenuhi untuk memastikan kebutuhan lainnya akan dapat dipenuhi atau seseorang itu termotivasi untuk memenuhinya. Bisa dibayangkan, tidak mungkin seseorang itu akan berfikir untuk mendapatkan pendidikan sebelum rasa laparnya teratasi. Tidak mungkin seseorang berfikir tentang rasa aman dan nyaman ketika kebutuhan akan tempat tinggal tidak terpenuhi.

Jika semua kebutuhan dasar ini terpenuhi, Ahok akan lebih mudah untuk mengajak warga Jakarta menjaga kebersihan. Manfaat kebersihan akan lebih gampang diterima (otak penuh) ketika disampaikan di tempat yang layak (papan-kantong penuh) dalam kondisi baik (kenyang-perut penuh) dan tidak ada tekanan dari siapa pun (aman).

Lebih lanjut, masyarakat Jakarta akan terdorong untuk meraih pendidikan yang jauh lebih tinggi dan mengasah kemampuannya jika survival needs itu terpenuhi. Tingkat kemampuan akan dapat dikembangkan yang pada gilirannya terjadi peningkatan daya saing bangsa.

Ketika diajak bicara kesejahteraaan dan menjadi warga yang gembira, akan sangat sulit, ketika perut masih keroncongan dan bingung memikirkan kemana harus pulang ketika selesai bicara soal dua hal yang sangat abstrak dan multitafsir itu.

Program Ahok dalam kerangka relokasi itu menjadi krusial dalam pemenuhan kebutuhan dasar ini. Jika masyarakat sudah dilegalkan, baik warganya maupun lokasinya, maka pemerintah DKI sesuai dengan kemampuan, akan lebih leluasa memberikan pelayanan publik.

Masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai, yang hidup sebagai masyarakat yang illegal, akan sangat sulit untuk dilayani pemerintah. Ketika pemerintah memberikan layanan ke daerah tersebut, pemerintah sebenarnya telah melanggar peraturan.

Memindahkan mereka ke tempat yang legal, itu untuk memastikan pelayanan publik yang diberikan sesuai dengan aspek legalitasnya. Memindahkan mereka ke rusunawa akan memudahkan pemerintah DKI mengalirkan air bersih, memberikan KJP, menyediakan transportasi, memberikan akses kesehatan, melakukan peningkatan kapasitas masyarakatnya, memastikan setiap masyarakat tertangani dan masih banyak lagi bentuk pelayanan masyarakat terkait kebutuhan dasar yang bisa diberikan.

Tidak liar dan tidak asal enak ditelinga.

Semangat Hari Valentine

Lalu, apa yang memungkinkan (enabling factor) Ahok dapat memikirkan program-program untuk menyediakan kebutuhan dasar masyarakat itu dan melaksanakannya secara maksimal? Satu hal yang pasti, masih terkait teori Hirarki Kebutuhan Maslow itu, adalah Ahok telah sampai pada tahapan tertinggi, yakni self-actualization. Kebutuhan akan keinginan bermanfaat bagi orang banyak. Kebutuhan self-actualizastion ini bisa dipenuhi setelah Ahok selesai dengan kebutuhan di bawahnya, yakni kebutuhan dasarnya (survival needs). Itu pasti.

Tetapi, tentunya ada hal lain yang mendorongnya untuk melakukan hal tersebut dengan baik dan pasti, bahkan di luar kebiasaan. Itu adalah kasih sayang. Rasa kasih sayang kepada penduduk Jakarta yang mewujud dalam bentuk empati. Ahok rela bekerja keras untuk memastikan bahwa kebutuhan dasar Jakarta terpenuhi, terutama untuk masyarakat yang benar-benar masih membutuhkan bantuan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Tidak aneh kemudian ketika Ahok menggambarkan hubungannya dengan masyarakat Jakarta seperti orang tua dan anak. Bagi orang tua, anak adalah segala-galanya. Kecuali orang tua yang gila, pada umumnya anak adalah mutiara orangtuanya. Orang tua akan rela melakukan apa pun, termasuk kehilangan nyawa, untuk memastikan anaknya baik-baik saja.

Rasa kasih sayang ini tentunya selaras dengan semangat hari valentine yang akan dirayakan sebagian umat manusia pada tanggal 14 Februari mendatang. Hari dimana seorang Santo bernama Valentinus di Roma yang rela dipenjara dan akhirnya dibunuh karena membela cinta seorang tentara Romawi yang akan menikahi seorang perempuan Kristen, yang pada zaman itu dilarang. Ketika akan dieksekusi, Santo Valentinus ini menuliskan surat perpisahannya dengan judul “Your Valentine”. Sebenarnya sebuah surat perpisahan untuk anak perempuan penjaga penjara yang berhasil disembuhkan oleh Santo Valentinus. Kisah berkembang, dan di abad ke-14 di Eropa, kisah ini menjadi sesuatu yang romantis.

Terlepas dari latar belakang Santo Valentinus dan kisahnya serta perkembangannya, yang jelas dia rela mati demi sebuah cinta yang hendak dibunuh hanya karena perbedaan. Kerelaan inilah yang menjadi awal lahirnya hari valentine ini, setidaknya menurut salah satu kisah. Hari Valentine kemudian muncul sebagai perayaan atas kasih sayang. Kasih sayang yang universal, yang tidak mengenal perbedaan baik suku, agama, ras dan golongan. Rasa kasih sayang yang hanya tumbuh karena menghargai kemanusiaan itu sendiri. Rasa kasih sayang yang tidak didorong oleh motivasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi maupun kesenangan pribadi.

Dengan demikian, dapat diajukan sebuah argumentasi, bahwa program-program yang dilakukan Ahok untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat Jakarta adalah karena kebutuhan self-actualization. Disamping itu, berdasarkan kasih sayang dan empati yang universal dan imparsial, yang selaras dengan makna hari valentine, yang akan dirayakan besok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun