Selanjutnya, jika kita coba mencermati pesan-pesan pemerintah di media-media yang tersedia, sering sekali masyarakat tidak puas dengan penjelasan atau pun berita yang disampaikan oleh pemerintah. Rasanya ada yang disembunyikan. Tetapi, lebih baik disembunyikan daripada di sampaikan secara lugas. Demi kemaslahatan bangsa.
Seperti misalnya pemberitaan soal kunjungan Luhut Panjaitan, Kapolda Metro Jaya, Pangdam Jaya ke kediaman Kiai Ma’ruf pasca heboh persidangan Ahok. Dalam penjelasannya kepada media, Luhut hanya mengatakan berkunjung biasa, bersilahturahmi. Luhut lebih lanjut menjelaskan bahwa Luhut dan Kiai Ma’ruf adalah teman lama.
Apakah itu yang sebenarnya terjadi? Masyarakat akan melihatnya dengan cara yang berbeda. Masyarakat tidak sepenuhnya percaya kunjungan itu hanya silaturahmi, karena kejadian terkait yang melatarbelakanginya. Bisa jadi bahwa pertemuan itu adalah untuk hal lain yang tidak dijelaskan.
Dengan mengatakan bahwa itu silaturahmi, sepertinya semuanya baik-baik saja. Padahal bisa jadi itu bukan silaturahmi biasa. Tetapi akan lebih menenangkan jika disampaikan demikian. Dilihat dari konten, itu adalah hoax, setidaknya yang dipercayai masyarakat. Tetapi jenis yang putih.
Dari gambaran di atas, hoax masih menemukan tempatnya di masyarakat dalam posisi yang baik. Jika dan hanya jika itu demi kebaikan. Hoax putih, kalau boleh dinamakan demikian. Jadi, kalau itu hoax putih, sebarkanlah!
Bagaimana menurut Anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H