Belum lagi supply gambar-gambar dari Roy Suryo, mantan pejabat sang mantan yang kurang memiliki rasa malu. Lihatlah foto itu, di meja Ahok ada beberapa kaleng bir. Ini harusnya sudah menjadi senjata ampuh untuk menjatuhkan Ahok. Ahok pemabuk. Ahok selalu melakukan pesta minuman keras di rumahnya. Isu ini bisa dikembangkan dari sebuah gambar. Bukankah katanya gambar bisa berbicara sangat banyak?
Alih-alih Ahok yang pake pake rompi KPK, malah Sanusi yang dipakaikan. Alih-alih Ahok yang digetok palu hakim, malah Udar yang ‘digetok” Hakim Artidjo dengan kurungan 13 tahun penjara, dari sebelumnya 5 tahun. Sedap!
Tapi sampai detik ini, Ahok masih di kantornya dan dengan lantangnya menyerang BPK yang memeriksa kasus Sumber Waras. BPK yang dengan seenaknya menggunakan aturan yang sudah usang untuk memeriksa pembelian lahan Sumber Waras, menurut ICW. Mungkin auditornya kurang rajin ngumpulin peraturan yang relevan dengan pekerjaanya. Bisa juga auditornya tidak percaya Ahok akan membaca semua peraturan sebelum bertindak. Bisa juga karena kepala BPK DKI-nya, Efdinal, yang sudah dipecat dan diamankan di kantor pusat BPK, ingin agar lahan ribuan meter di Pemakaman Pondok Kelapa itu yang dikuasainya, dibeli Ahok. Pasti Ahok bilang, “Nenek lu aja yang beli”.
Lihatlah, bukankan Ahok begitu kasarnya dan tidak ada sopan santunnya. Tetapi kenapa Ahok masih bisa berkoar-koar di Balai Kota sana. Tuhan pun akan ditantangnya kalau melakukan kesalahan. Untuk kalimat ini, penulis berharap, yang tidak mengerti boleh skip aja.
Bisa dipastikan, pasti cara-cara yang dilakukan para penantang itu kurang mantap. Jurus-jurusnya kurang tepat. Seharusnya belajar ke guru Bruce Lee, Ip Man dengan Wing Chun, jurus-jurus untuk pertarungan jarak dekat dengan filosofi menggunakan serangan lawan untuk menyerang lawan. Bertahan sambil menyerang.
Untuk mengalahkan Ahok dalam pertarungan ke depan, para penantang harus itu melakukan hal-hal sebagai berikut dan harus lebih baik.
Mereka harus mengumpulkan semua para petugas harian lepas, pegawai kuburan dan penggali kuburan dan petugas penanganan sarana dan prasarana umum, yang berjumlah 50.000 orang, lalu data. Lalu berikan gaji upah minimum provinsi (UMP) sebesar Rp. 3,1 juta sebanyak 13 kali setahun. Selanjutnya, dengan uang APBD, bayarkan premi BPJS untuk pekerja dan istri serta anaknya. Lengkapi anak-anak mereka dengan Kartu Jakarta Pintar. Juga berikan beasiswa Rp. 18 juta per tahun untuk anak-anak mereka yang masuk universitas negeri.
Kalau ada koordinator para pekerja ini yang memotong gaji mereka, atau menahan kartu ATM mereka, langsung pecat dan perkarakan sehingga dipenjara. Jangan kasih ampun bagi mereka yang telah menikmati fasilitas ini tetapi masih malas-malasan bekerja. Para pegawai Pemda yang tidak performed, langsung turunkan dari jabatannya, ganti dengan yang bisa kerja dan sepaham dengan pimpinan.
Cara kedua dapat dilakukan dengan melawan DPRD yang berusaha memasukkan dana siluman ke dalam APBD, jumlahnya 12 trilyun rupiah. Bisa beli banyak dodol kalau jumlahnya segini. Kalau pun misalkan mereka tidak sudi dana silumannya dipotong dengan membuat APBD ganda serta tidak mau membuat Perda untuk APBD, hajar saja dengan peraturan gubernur. Biar saja menggunakan APBD tahun lalu, asalkan tidak ada dana siluman yang masuk dan bebas dinikmati para pencari rente dan pencuri uang rakyat.
Lakukan penganggaran dengan sistem e-catalogue dan e-budgetting. Ini pasti sangat tidak disukai para anggota DPRD dan juga karyawan pemerintah DKI yang masih suka ‘nyolong-nyolong’. Dengan ini, tidak ada lagi tender-tender gelap yang bisa diatur dan di-mark up untuk mendapatkan uang dengan cara curang. Pembayaran untuk kontrak-kontrak terang dilakukan dengan lancar. Tidak ada lagi antrian di bank untuk memastikan pembayaran pekerjaan sudah masuk atau belum, seperti yang dulu-dulu.
Kalau mau urus-urus ijin, lakukan lewat satu pintu. Pintunya jelas dan tidak banyak jendela. Tarif-tarif ijin dan lamanya pengurusan ijin dibentangkan secara tuntas dan lugas. Biaya-biaya IMB dan pengurusan sertifikat tanah jelas. Mengurus sertifikat tanah cukup Rp. 50.000 saja. Tidak seperti dulu. Harganya bisa mulai gratis, karena dibentak dengan ketebelece, hingga ratusan juta rupiah. Itu katanya.