Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Elemen Elementer di Kompasiana

15 Maret 2016   23:21 Diperbarui: 18 Maret 2016   13:47 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keseriusan masalah ini bisa jadi juga tidak penting. Tetapi, akan lebih baik sebagai bentuk pembelajaran berbahasa dan keruntutan dalam menyampaikan gagasan lewat tulisan yang diunggah, penggunaan tata bahasa yang baik dan benar menjadi suatu pengingat bagi para kompasianer.

Jauhlah sikap ingin menggurui bagiku dengan membuat tulisan ini dan mengunggahnya ke kompasiana. Aku masih pada tahapan sangat awal dari piramida tingkat kemampuan menulis. Keberanian mempublikasikan juga baru muncul bulan lalu dengan memuat tulisan ke kompasiana ini. Jika dulu pun ada tulisan yang pernah saya diublikasikan, artinya saya serahkan kepada orang lain, adalah surat cinta kepada sang pacar pada masa remaja dulu. Selain itu, tulisan-tulisan hanya berakhir di lemari tanpa sempat disampaikan ke pihak lain. Terlebih ada pengalaman tulisan ditolak Kompas, ketika masih SMA dulu.

Tulisan ini sebetulnya menjadi self-critic juga agi diri sendiri dan ingin tetap memilih jalur yang menurut saya benar, yaitu menggunakan tata bahasa yang baik dan benar. Karena dengan demikian, saya melatih diri dalam rangka mempersiapkan mencapai target yang ingin diwujudkan suatu ketika kelak, yakni menulis di media-media besar untuk menghasilkan satu ‘warisan’. Jika setidaknya ada yang mau melihat profile saya nanti, dengan mudah dapat dilakukan dengan mengetikkan nama saya di mesin pencari di internet, karena ada tulisan yang dimuat.

Untuk memastikan bahwa kemampuan elementer ini terpenuhi, dan untuk menghindari salah tulis yang mengesankan ketergesaan sehingga kurang memperhatikan kesalahan penulisan, maka aku punya cara untuk membuat sebuah tulisan. Bisa jadi juga cara ini dilakukan oleh Kompasianer lainnya, meskipun saya temukan ada tulisan-tulisan yang langsung dibuat di laman Kompasiana. Malah pernah kutemukan sebuah tulisan yang menurut penulisnya ditulis memakai blackberry.

Aku tidak pernah membuat tulisan langsung di laman Kompasiana. Tulisan akan aku buat di MS. Words. Proses pertama adalah menuangkan segala yang ada di kepala. Merapihkan dilakukan selanjutnya dengan memperhatikan alur penulisan. Kata-kata yang salah diperbaiki. Tanda-tanda baca yang kurang tepat dikoreksi. Ejaan dan penggunaan imbuhan yang kurang tepat diganti. Semua diupayakan baik sesuai dengan pemahaman akan elemen elementer yang ditanamkan di kepalaku.

Selanjutnya adalah meninggalkan sejenak tulisan itu. Aku meninggalkannya kurang lebih 10 menit, untuk mencari udara segar. Meskipun di Jakarta ini udara segar sudah sangat langka. Setidaknya memberikan ruang bagi tulisan untuk diresapi, setelah desakan untuk menghasilkan satu tulisan dan keinginan memuatnya segera di Kompasiana. Proses 10 menit dapat dilakukan dengan mengingat kembali tujuan menulis dan isi yang hendak disampaikan. Kemungkinan pesan yang ingin disampaikan di awal akan muncul kembali dan diharapkan membuat tulisan lebih ‘basah’. Tetapi, perhatian terbesar adalah pada elemen elementer ini. Takut nanti JS. Badudu marah jika melihat tulisanku ini.

Kenyataannya, sering sekali semakin dibaca bisa jadi semakin ditemukan kekurangan. Sehingga pada satu titik tertentu, aku harus bisa mengatakan ‘cukup’ kepada diri sendiri dan kepasrahan sepenuhnya akan respon sidang kompasianer setelah diunggah.

Sepenuhnya, tentunya tulisan ini tidak bermaksud menguliti tulisan-tulisan di Kompasiana, terutama terkait dengan elemen elementer. Aku tidak akan memiliki nyali untuk itu. Sebagai sebuah pemikiran, kiranya ini dapatlah diterima. Hanya itu yang aku harapankan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun