‘Tokoh’ lain berasal dari kalangan artis yang kalau bicara selalu banyak mendapat kecaman. Ucapan-ucapan yang dikeluarkannya sepertinya asal muncrat saja, antik tak jelas. Kunjungannya beberapa waktu lalu ke Kalijodo dianggap absurd. Mungkin dia dipaksa oleh kekuatan yang lebih besar untuk bersuara, bersuara apa saja, termasuk bersuara lewat kunjungan ke Kalijodo. Mungkin karena dia takut digaplok lagi. Kalo kepala botaknya digaplok, pasti sakitnya lebih luar biasa.
Ada juga ‘tokoh’ lain yang nyentrik. ‘Tokoh’ satu ini adalah ketua salah satu partai yang namanya mirip dengan organisasi bangsa-bangsa internasional itu. Dia bahkan mengatakan DKI-1 hanya batu loncatan untuk menjadi RI-1. Dalam lingkaran dekatnya, menjadi DKI-1 sudah menjadi ketidakmustahilan, setidaknya menurut beliau, karena adiknya bisa mengalahkan adik Ahok di Kabupaten Belitung Timur. Sehingga beliau merasa memiliki modal dan pengalaman dalam mengalahkan keluarga Ahok. Tapi yang lucu bin konyol adalah dia punya partai tetapi mau maju dari jalur independen. Hal yang paling mustahil adalah ketika dia mengatakan akan mengumpulkan 1 juta KTP DKI dalam 3 bulan. Saya tidak mau ikut-ikutan untuk bernazar loncat dari monas kalau ktp-ktp itu tidak terkumpul. Tapi saya sangat yakin itu tidak akan terkumpul. Tidak ada modalitas yang bisa diandalkan untuk mewujudkannya, kecuali ketenarannya yang pernah menjadi pembela kapal yang dituduh mencuri ikan di perairan Indonesia, dan juga karena berseteru dengan menteri ‘antik’ di Kementerian Kelautan dan Perikanan. Kemungkinan lain karena dia pernah menjadi pejabat negara di jaman lalu dengan hasil yang kata banyak orang susah untuk ditemukan.
Dari arah Barat Jakarta, muncul lagi ‘tokoh’ yang ingin mencalonkan diri. Seorang gubernur yang sebelumnya wakil Gubernur. Menjadi gubernur karena gubernurnya ditahan untuk kasus korupsi yang lumayan mega. Oleh mantan gubernur ini, uang negara yang seharusnya menjadi jalan, jembatan, sekolah, drainase dan segala infrastruktur itu, berubah menjadi tas-tas kulit berharga mahal, biaya dandan untuk membuatnya selalu kinclong dan permak wajah yang hampir setara dengan Michael Jackson. Gubernur yang dulu wakil gubernur ini tertarik juga untuk maju menjadi DKI-1. Mungkin masih merasa terkenal, meskipun tanpa prestasi. Dengan keterkenalannya apalagi dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan, beliau merasa yakin dengan kemampuan dan segala sumber daya yang dimiliki untuk meraih posisi DKI-1. Sementara prestasinya di provinsi yang dipimpinnya belum kedengaran. Bahkan ketika menjadi wakil gubernur, beliau difungsikan sebagai mana layaknya beliau, menjadi vote gatherer. Setelah terpilih, dipersilahkan duduk nyaman di kursi wakil gubernur tanpa bersuara. Terakhir, diminta jadi saksi untuk korupsi anggota DPRD terkait pendirian RSUD di daerahnya.
Kenyamanan dan kenikmatan di posisi DKI-1 memang membuat banyak orang ingin berkuasa. Ingin menikmati rasanya bisa menentukan nasib orang. Sayangnya mereka-mereka yang mencalonkan diri untuk menantang Ahok, seperti beberapa yang disebutkan di atas, diyakini memiliki niat yang jauh dari Ahok. Jika Ahok berniat mensejahterakan rakyat Jakarta, maka penantang-penantang ini diyakini berniat mensejahterakan diri dan kelompk serta pendukungnya. Mau Jakarta hancur lebur, mereka tidak akan perduli.
Masih ada lagi barisan para petualang yang ingin menikmati indahnya di singgasana DKI-1. Salah satu yang paling getol adalah si pemilik Lambo hijau. Dia sangat yakin akan mengalahkan Ahok di pilkada nanti. Modalnya adalah agak susah menyebutkan. Mungkin dia akan menjual Lambo hijau yang katanya pajaknya belum lunas untuk membiayai kampanyenya, dengan pendukung setia si papa lobster. Sang mantan mentri olahraga dengan kulintang alias kumis melintangnya dan dengan slogan “Kesantunan yang Menyejahterakan” ikut juga mengajukan diri menjadi calon. Mungkin karena sangat santun hingga sekarang masih belum maju-maju dari sekedar mengatakan akan menantang Ahok. Tapi dia ikut-ikutan juga mengumpulkan ktp penduduk Jakarta.
Ada lagi ‘tokoh’ yang kalah sebelum bertanding. Bahkan yang satu ini, yang anggota DPR RI yang katanya terhormat ini, sudah pamit duluan. Karena jika dia mencalonkan diri, maka jabatannya di DPR akan hilang. Dengan keyakinan yang teguh bahwa dia akan kalah, maka dia memilih untuk kalah sebelum bertanding untuk mengamankan kursi empuk di DPR RI.
Masih ada ‘tokoh-tokoh’ yang mencoba untuk menguji nyali di pilkada DKI ini dengan segala ceritanya. Satu wanita yang selalu menyebut dirinya wanita emas, meskipun dia pastinya terbuat dari daging dan darah, selalu menyerang Ahok dan sebelumnya juga Jokowi. Ucapan terakhirnya, dia akan melakukan modifikasi cuaca untuk mengatasi banjir Jakarta. ‘Pilihan Cerdas’ untuk yang tidak paham. Di daftar terakhir ada Patrio yang anggota DPR. Merasa sudah bosan di DPR RI karena sudah kalah lucu. Mungkin dengan merebut DKI-1, dia akan punya panggung baru untuk melucu lagi, bukan memimpin. Paling akhir, ada anak mantan artis lawas terkenal. Ketenaran bapaknya sebagai artis dan budayawan yang terkenal dengan lagu kompor mbleduknya itu ditambah pengalaman di partai politik dan dukungan pendukungnya, membuat dia yakin maju menjadi penantang. Terakhir dari terakhir, anak mantan gubernur DKI yang dulu, yang baru-baru ini mengundurkan diri dari kepengurusan PDIP DKI Jakarta. Mungkin masih banyak yang berniat bertarung dalam pilkada DKI untuk merasakan ‘kekuasaan’ yang melekat padanya.
Memang, posisi DKI-1 sangat seksi. Keseksian kekuasaannya menjanjikan kenikmatan. Beberapa manusia yang merasa dirinya ‘tokoh’ berlomba untuk mendapatkannya. Jika kekuasaan dapat dipegang, maka sang penguasa akan menikmatinya sepuas-puasnya. Pertarungan untuk mendapatkan hati si seksi ini sudah dimulai. Si seksi ini telah mulai digoda-goda. Tinggal nanti kita lihat, siapakah yang akan dipilih si seksi ini, petahana atau satu dari para penantang-penantang ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H