Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Menggelisahkan Sebuah Perjanjian Perdamaian

25 Februari 2016   19:52 Diperbarui: 25 Februari 2016   20:38 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kalian mau kemana?” ujar pria dengan tampang tidak ramah begitu dia melihat rombongan kami. “Kami mau kesana” jawab kami sekenanya menunjuk ke arah hutan.

Pandanganya masih melekat tajam ke arah kami. Kami berlalu dari hadapannya. Mungkin karena kamera yang kami tenteng. Dia berfikir kami petugas yang dikirim pemerintah untuk melihat kawasan yang digunduli mereka. Kami banyak mengambil foto tebangan-tebangan kayu yang bergeletakan begitu saja menunggu diangkut pemiliknya. Entah siapa?

Di penghujung tahun 2015 itu, koran-koran memberitakan bencana. Provinsi Aceh dilanda banjir akibat hujan dengan intensitas tinggi dan berlangsung lama. Banjir terjadi di 3 Kabupaten, yaitu Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Aceh Selatan dan Kabupaten Aceh Selatan. Banjir di Kabupaten Nagan Raya terjadi sejak tanggal 10 Desember 2015, terjadi di 2 kecamatan, yaitu Kec. Darul Makmur dan Kec. Tripa Makmur. Banjir dan Tanah Longsor di Kabupaten Aceh Selatan terjadi sejak tanggal 12 Desember 2015. Banjir di Kabupaten Aceh Barat terjadi sejak tanggal 12 Desember 2015, terjadi di 15 kecamatan, yaitu Kec. Arongan, Lambalek, Pante Ceureumen, Bubon, Johan Pahlawan, Sungai Mas, Panton Ree, Woyla Timur, Woyla Barat, Meureubo, Kaway XVI, Woyla Induk dan Samatiga. Berita itu mengalir terus memberitakan tentang banjir dan bencana alam.

Bencana yang terjadi karena manusia merubah bentang alam. Bentang alam yang bertanggung-jawab menjaga manusia dari bencana banjir dan tanah longosr. Tetapi itu terjadi setelah perjanjian ditanda-tangani. Harus diakui, bahwa itu bukan tentang perjanjiannya. Perjanjian damai ini adalah sesuatu yang dinanti-nantikan banyak pihak. Ini akibat ulah mereka-mereka yang memanfaatkan momen setelah perdamaian. Bahkan ada yang mengatakan bahwa perdamaian Aceh dirancang agar asing bisa mengeksploitasi sumber daya Aceh termasuk hasil hutannya.

Sekarang semuanya telah terjadi. Pohon-pohon telah ditebang. Bencana telah menerjang. Banjir bandang dan tanah longor. Banjir dan longsor datang setiap tahun. Tanpa mengenal ampun, alam menghantam apa saja yang ada di depannya. Desa Tangse, suatu tempat yang pernah kami singgahi dalam perjalanan Banda Aceh ke Meulaboh di tengah hutan itu, juga dihantam banjir bandang. Itu terjadi setelah perjanjian itu ditanda-tangani. Dan kami menjadi gelisah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun